Soal Wacana Presiden Ditunjuk MPR, Gerindra: Tidak Perlu Saat Ini

Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Ahmad Dasco

JAKARTA, METRO–Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Ah­mad Dasco me­nanggapi mun­cul­nya wacana presi­den kembali ditun­juk MPR. Menurut Dasco, wacana itu kurang tepat untuk dibicarakan pada saat ini.

“Menurut saya, pada saat-saat seperti saat ini, sebaiknya wacana-wacana seperti itu tidak pada saatnya,” kata Dasco di Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, Jumat (7/6).

Sebab, kata Wakil Ketua DPR itu, saat ini sedang berjalan banyak agenda politik, seperti pelaksanaan pilkada serentak dan menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih. Dengan begitu, dia meminta berbagai pihak tak memperdebatkan wacana tersebut.

“Karena situasi menjelang pilkada, menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden, saya pikir isu dan wacana-wacana tersebut tidak perlu pada saat ini,” sambungnya.

Lanjut Dasco, ihwal pre­siden kembali ditunjuk MPR itu masih sebatas wacana. Ia juga menyebut belum ada pengambilan sikap oleh partai-partai.

“Saya sudah cek bahwa usulan tersebut baru wacana, fraksi-fraksi di DPR itu juga belum mengambil sikap terhadap wacana tersebut,” ucapnya.

Sebelumnya, Ketua MPR periode 1999-2004, Amien Rais, mengunjungi pimpinan MPR RI. Amien mengatakan kunjungan itu turut membahas amandemen UUD 1945.

“Saya menyampaikan kalau mau dikasihkan apa, diberi amandemen silakan, sesuai kebutuhan zaman,” kata Amien Rais setelah bertemu pimpinan MPR di kompleks parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (5/6).

Amien mengaku tidak keberatan jika presiden kembali dipilih oleh MPR. Menurutnya, MPR akan memiliki banyak pertimbangan ketika memilih presiden.

“Jadi sekarang kalau mau (presiden) dikembalikan dipilih MPR, mengapa tidak? MPR kan orangnya berpikir, punya pertimbangan,” ujarnya.

Amien mengaku sempat berpikir naif lantaran mengubah aturan pemilu, sehingga presiden dipilih langsung oleh rakyat. Saat itu, dia mengira konsep pemilu langsung akan jauh dari praktik politik uang.

“Dulu kita mengatakan kalau dipilih langsung, one man one vote mana mung­kin ada orang mau me­nyogok 127 juta pemilih, mana mungkin, perlu ratusan triliun, ternyata mungkin,” ucap dia. (jpg)

Exit mobile version