Sementara, Kepala Sekolah (Kepsek) SDN 10 Durian Jantung, Asmaniar, mengaku tidak mengetahui persis kejadian yang menimpa murid didiknya. Karena saat kejadian, ia berada di ruang kerja.
“Jadi kami yang ada di sekolah di kantor cuma berdua. Pagi-pagi anak dan guru sudah masuk kelas. Setelah guru masuk kelas, jam olahraga (masuk) khusus kelas 4. Jam olahraga ini diambil inisiatif untuk memilih sampah,” kata Asmaniar, Jumat (24/5).
Asmaniar menyebutkan kegiatan inisiatif yang dilakukan siswa kelas 4 bukan gotong royong, karena kalau gotong royong melibatkan semua siswa. Kegiatan bersih-bersih ini murni inisiatif guru olahraga dan wali kelas tanpa sepengetahuannya.
“Bukan suruhan saya. Inisiatif guru. Lebih lengkapnya (kronologi) langsung ke guru. Saya tidak berada di sana, takut salah bicara. Saya tidak ada nyuruh, kalau gotong royong tentu dari kelas 1-6, ini inisiatif guru,” ujar Asmaniar.
Asmaniar mengaku tahu setelah kondisi lingkungan sekolah ribut-ribut. Bahkan setelah tahu Aldelia terbakar, dirinya nyaris pingsan.
“Bersih-bersih itu jam 9 pagi. Saya tahu sudah jam setengah 10, sudah ribut orang. Saya saja tidak bisa, saya diberikan minum sama orang, antara sadar dan tidak. Saya trauma, pernah rumah terbakar,” ujar Asmaniar.
Terpisah, kakak sepupu Aldelia, Media Madona, menyebut Aldelia disiram dengan pertalite oleh temannya yang jahil. Api pun langsung berkobar membakar tubuhnya. Akibat kejadian ini, Aldelia mengalami luka bakar 80%. Setelah sempat dirawat sejak 23 Februari 2024, Aldelia yang juga mengalami gizi buruk setelah kejadian itu meninggal dunia pada Selasa (21/5) di RSUP M Djamil Padang.
“Kami dari awal sudah tidak senang. Kejadian di jam sekolah dan di lingkungan sekolah. Pihak keluarga pun mendapat berbeda versi guru dengan cerita Aldelia. Awalnya pihak keluarga mendapat cerita bahwa kejadian ini terjadi tanpa disengaja. Api menyambar Aldelia karena botol berisi minyak tanah yang ada di dekat bakaran tumpukan sampai meledak. Gurunya menuduh kenapa main api di belakang sekolah,” kata Madona.
Sementara itu, saat masih dirawat di RSUD Lubuk Basung, Aldelia sempat mengaku disiram pertalite oleh temannya. Awalnya Aldelia yang sedang mengikuti pelajaran olahraga dipanggil oleh guru dan diminta untuk membakar sampah di belakang sekolah.
“Sudah itu datang temannya ini, disiram, lalu terbakar. ‘Ada guru di sana?’ tanya saya. ‘Tidak’, katanya. Saya tanya, ‘Warna hijau minyaknya?’ ‘Iya,’ kata Aldelia. Berarti kalau hijau pertalite. Namun versi guru disebutkan minyak tanah,” ungkap Madona.
Dalam versi guru, lanjut Madona, seluruh siswi hanya diminta bersih-bersih di kelas saja. Padahal berdasarkan cerita Aldelia, semua teman sekelasnya diminta bersih-bersih di belakang sekolah karena akan akan kegiatan.
“Karena akan ada kegiatan di sekolah, anak olahraga kelas 4 ini diinstruksikan bakar sampah. Ini tidak ada pengawasan juga dari guru,” sesalnya. (ozi)