BMKG Ingatkan Potensi Banjir Lahar Dingin Marapi Susulan, Masyarakat di Zona Merah Banjir-Longsor Diminta Menjauh

PERTEMUAN— Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah bersama Kepala BMKG, Prof Dwikorita Karnawati saat melakukan pertemuan di Istana Gubernur Sumbar.

PADANG, METRO–Masyarakat Sumatra Barat (Sumbar) yang berdomisili atau beraktivitas di kawasan zona merah potensi bencana banjir dan longsor, diminta untuk tidak berada di kawasan tersebut hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Imbauan itu disampaikan usai pertemuan Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah dengan Kepala BMKG, Prof Dwikorita Karnawati di Istana Gubernur Sumbar, Senin (13/05).

“Sebagaimana BMKG yang terus secara rutin menyampaikan perkiraan cuaca kepada kita, termasuk di tengah situasi saat ini, maka masyarakat kita minta terus waspada. Terutama sekali yang berada di zona merah seperti di sepanjang daerah aliran sungai, di dekat tebing perbukitan, dan lain-lain. Terutama sekali di kawasan Agam, Tanahdatar, dan Padangpanjang,” ujar Gubernur Mahyeldi.

Potensi banjir lahar dingin karena erupsi Gunung Marapi yang terus terjadi, masih sangat besar dan dapat mengancam keselamatan masyarakat di zona merah tersebut. Gubernur berharap, dengan menghentikan aktivitas di kawasan tersebut, maka potensi dampak banjir lahar dingin sebagaimana yang terjadi pada sepekan terakhir di Sumbar, akan dapat terminimalisir.

“Kita selalu berkoordinasi dengan BMKG dalam hal potensi dan prediksi cuaca ke depan. Selain itu, koordinasi dengan pemerintah pusat terkait juga kita lakukan untuk memulihkan dampak banjir dan longsor sepekan terakhir, terutama sekali dampak kerusakan jalan nasional, dampak korban jiwa dan luka-luka yang timbul, dan lain sebagainya,” ujar Gubernur lagi.

Sementara itu dalam keterangannya, Kepala BMKG Prof Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa Sumbar adalah salah satu provinsi paling siap dan paling tangguh dalam mitigasi bencana. Namun di sisi lain, Sumbar terbilang unik karena tidak memiliki zona musim, di mana pola hujannya dikontrol oleh curah hujan tahunan, dan nyaris tidak memiliki musim kemarau.

“Karena provinsi ini berada pada kondisi geog­rafis yang unik, di mana ia menghadap ke Samudera Hindia yang luas, serta membelakangi Bukit Barisan yang tinggi. Oleh karena itu, hujannya hampir terjadi sepanjang bulan. Kita lihat, sampai sekarang musim hujannya belum berhenti, erupsi Marapi juga belum berhenti, sehingga potensi banjir lahar dingin masih tetap ada,” ucap Dwikorita.

Mengingat kondisi ter­sebut, Dwikorita menilai program-program mitigasi yang diperlukan untuk Sum­bar harus segera direalisasikan. Di samping itu, BMKG tetap akan menginformasikan prakiraan cuaca ke depan, dengan harapan pemerintah daerah bersama masyarakat terus meningkatkan kesiapsiagaan.

“Untuk peringatan dini cuaca ekstrem sendiri, paling tidak untuk sepekan ke depan masih akan terus terjadi. Selain untuk ma­syarakat dan pemerintah, peringatan ini juga sangat penting bagi Tim SAR yang masih melakukan pencarian terhadap korban yang belum ditemukan. Sehingga, ketika cuaca mulai tidak memungkinkan, pencarian agar segera dihentikan,” tukasnya. (rel/fan)

Exit mobile version