Sementara itu dalam keterangannya, Kepala BMKG Prof Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa Sumbar adalah salah satu provinsi paling siap dan paling tangguh dalam mitigasi bencana. Namun di sisi lain, Sumbar terbilang unik karena tidak memiliki zona musim, di mana pola hujannya dikontrol oleh curah hujan tahunan, dan nyaris tidak memiliki musim kemarau.
“Karena provinsi ini berada pada kondisi geografis yang unik, di mana ia menghadap ke Samudera Hindia yang luas, serta membelakangi Bukit Barisan yang tinggi. Oleh karena itu, hujannya hampir terjadi sepanjang bulan. Kita lihat, sampai sekarang musim hujannya belum berhenti, erupsi Marapi juga belum berhenti, sehingga potensi banjir lahar dingin masih tetap ada,” ucap Dwikorita.
Mengingat kondisi tersebut, Dwikorita menilai program-program mitigasi yang diperlukan untuk Sumbar harus segera direalisasikan. Di samping itu, BMKG tetap akan menginformasikan prakiraan cuaca ke depan, dengan harapan pemerintah daerah bersama masyarakat terus meningkatkan kesiapsiagaan.
“Untuk peringatan dini cuaca ekstrem sendiri, paling tidak untuk sepekan ke depan masih akan terus terjadi. Selain untuk masyarakat dan pemerintah, peringatan ini juga sangat penting bagi Tim SAR yang masih melakukan pencarian terhadap korban yang belum ditemukan. Sehingga, ketika cuaca mulai tidak memungkinkan, pencarian agar segera dihentikan,” tukasnya. (rel/fan)