Menurut Qodhi Iyadh sebagaimana dikutip Imam Nawawi berkata: “Yang telah disebutkan dalam hadits ini, berupa diampuninya dosa-dosa selama bukan dosa besar. Hal ini adalah madzhab Ahlusunnah, bahwa dosa-dosa besar hanya akan dihapuskan dengan tobat atau mendapat rahmat dan fadhlnya Allah”. (Muhyiddin Yahya ibn Syarof An Nawawi, Syarhun Nawawi Ala Muslim, [Bairut, Ihya’ Turats: 1392 H] juz III, halaman 112).
Sedangkan menurut Ibnu Hajar sebagaimana dikutip Syekh Sayyid Abdullah al-Ghumari (wafat 1992 M), penghapusan dosa-dosa yang disebutkan dalam hadits ini adalah bagi orang yang mempunyai dosa-dosa besar dan kecil. Sedangkan bagi orang yang hanya memiliki dosa besar maka dosanya akan diringankan sebesar kadar dosanya pelaku dosa kecil. Adapun seorang yang tidak memiliki dosa besar ataupun kecil maka pahala kebaikannya akan ditambahi. (Abdullah bin Muhammad bin ash-Shiddiq al-Ghumari, Ghayatul Ihsan Fi Fadhli Zakatil Fitri Wa Fadli Ramadhan, (Bairut, Alimul Kutub: tt), halaman 22).
Tentu, agar dapat menggapai ampunan Allah pada bulan Ramadhan harus dibarengi ketaatan dengan melakukan puasa, qiyamul lail dan ketaatan-ketaatan lain dengan penuh keimanan, keikhlasan serta semata-mata hanya mengharap rida Allah sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
Artinya: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa shalat di malam lailatul qadr karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Perlu kita sadari, kesempatan ini tidak akan didapatkan pada bulan-bulan lain selain bulan Ramadhan. Oleh karena itu, akan sangat merugi orang-orang yang tidak memanfaatkan kesempatan emas ini, menemui bulan Ramadhan namun ia tidak dapat menggapai ampunan Allah sebagaimana disebutkan dalam hadits, malaikat Jibril berkata dan Nabi mengamininya: “Wahai Muhammad!, barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan kemudian ia meninggal, hal itu tidak menyebabkan ia diampuni dan ia dimasukkan neraka, Semoga Allah melaknatnya.” Malaikat Jibril berkata: Katakan Muhammad amin. Nabi pun berkata, “Amin”. (HR. At-Thabrani).
Walhasil, hendaknya kita dalam setiap waktu harus selalu bertobat kepada Allah. Sedangkan bertobat untuk mengapai ampunan Allah agar dosa-dosa dilebur adalah dengan melakukan kebaikan dan ketaatan. Jika kita menyia-nyiakan kesempatan ini, maka sungguh-sungguh kita adalah orang yang merugi. Wallahu a’lam bisshawab. (**)

















