Kata Ramadhan terdapat dalam surah Al-Baqarah dalan konteks pembicaraan mengenai puasa dan Alquran (syahru ramadhaanalladzii unzila fiihil quraan) (QS al-Baqarah [2]: 185).
Secara bahasa istilah Ramadhan dari kata ramidha yarmadhu (sangat panas). Dikatakan ramidhan nahaaru (siang yang sangat panas), masyasy syakhasu ‘alar ramdha’ (seorang berjalan di atas batu-batu yang sangat panas), ramidhatil ardh (sangat panas matahari menimpa bumi).
Alquran menggunakan istilah Ramadhan untuk nama bulan ke sembilan dari urutan bulan-bulan hijriyah, yaitu setelah bulan Sya’baan dan sebelum bulan Syawwal.
Di bulan Ramadhan ini kaum muslimin diwajibkan berpuasa (kutiba ‘alaikumush shiyaam). Ajaran berpuasa ini tidak hanya untuk umat Islam akhir zaman, tetapi juga untuk umat terdahulu (kama kutiba ‘alalladziina min qablikum), (QS al-Baqaarah 2: 183).
Ibarat besi dibakar agar runtuh semua karat-karatnya, demikian juga Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah SWT. Sebab bagaimanapun, setiap hamba pasti tidak terlepas dari kesalahan (kullu banii aadama khaththaaun) (HR Turmidzi).
Di saat yang sama Allah Maha Pengasih dan Penyayang, karena itu dibukalah oleh-Nya selama satu bulan dalam setahun bagi hamba-hamba-Nya agar berlomba membersihkan dosa-dosanya.
Supaya suasana Ramadhan benar-benar kondusif, Nabi SAW sebelum masuk Ramadhan telah memberikan aba-aba bahwa inilah bulan dibuka pintu surga, ditutup pintu neraka, dan diikat setan-setan (idzaa jaa Ramadhan futihat abwaabul Jannah, wa ghulliqat abwaabun naari wa shuffidat asy syayathiin) (HR Bukhari Muslim).
















