Presiden Jokowi Minta Sekolah Tak Tutupi Kasus Bullying

HADIRI KONGRES— Presiden Joko Widodo menghadiri Kongres XXIII PGRI di Jakarta.

JAKARTA, METRO–Maraknya kasus perundungan atau bullying di lingkungan sekolah menjadi sorotan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam Kongres XXIII PGRI di Jakarta kemarin (2/3), Jokowi berpesan kepada para guru untuk menciptakan sekolah yang aman dan nyaman.

“Saya khawatir akhir-akhir ini terjadi kasus bullying, kekerasan, pelecehan, bahkan sampai memakan korban jiwa,” katanya.

Dia menegaskan, kasus tersebut tidak boleh terjadi lagi. Guru memiliki peran sentral untuk menciptakan sekolah sebagai tempat yang aman. Sehingga bisa menjadi wahana para siswa untuk berkreasi, bermain, dan sosialisasi. Dia tidak ingin ada siswa yang merasa takut, tertekan, dan tidak betah berada di sekolah.

Jokowi menyatakan, guru menjadi ujung tombak menciptakan sekolah yang aman dan nyaman. ’’Jangan sampai kasus bullying di sekolah ditutup-tutupi. Tapi harus diselesaikan,’’ jelasnya.

Menurut Jokowi, kasus bullying biasanya ditutup-tutupi untuk menjaga nama baik sekolah. “Biasanya, kasus bullying ditutup-tutupi untuk melindungi nama baik sekolah. Saya kira, yang baik adalah menyelesaikan dan memperbaiki,” tutur Jokowi.

Jokowi berpesan bahwa Indonesia memiliki ke­sempatan besar untuk me­lompat menjadi negara maju. Yaitu dalam tiga periode kepemimpinan nasional ke depan. Jika momentum besar itu tidak dimanfaatkan, Indonesia akan terjebak sebagai ne­gara berpenghasilan menengah.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi menyampaikan beberapa hal. Antara lain, kongres itu akan memilih kepengurusan yang baru untuk lima tahun mendatang. Ada beberapa rekomendasi yang bersifat internal dan eksternal.

Untuk rekomendasi eksternal, antara lain, jangan ada penghapusan tunjangan profesi guru (TPG). ’’Kemudian juga usulan supaya sertifikasi guru dipermudah, penyelesaian ma­salah honorer, dan kenaikan pangkat tidak dipersulit,’’ sebutnya.

Sedangkan rekomendasi internal, antara lain, menjalankan transformasi organisasi seperti tata kelola organisasi sampai ke­uangan yang lebih akuntabel. Kemudian, menjalankan roda organisasi dengan memanfaatkan tek­nologi digital. Dia menegaskan PGRI terus menjalankan tujuan utamanya, yaitu mengangkat harkat dan martabat guru di seluruh Indonesia. (jpg)

Exit mobile version