[ADINSERTER AMP]

Usaha Kue Bawang “Tiga Saudara” Batugadang Raup Cuan Jutaan Setiap Bulan, Dari 15 Kedai Kini Berkembang menjadi 120 Warung dan Swalayan

BISNIS RUMAHAN— Yusneti (37), warga Bukik Ngalau, Kelurahan Batugadang, Kecamatan Lubukkilangan, melakukan packaging kemasan kue bawang “Tiga Saudara”, sebelum dimasukkan ke sejumlah toko, kedai serta swalayan dan supermarket di Kota Padang. Usaha yang dirintis sejak dua tahun terakhir ini terus berkembang setelah mendapat bantuan dari UPZ PT Semen Padang.

BISNIS rumahan berupa camilan atau makanan ringan kerap dijadikan usaha sampingan ibu rumah tangga. Ternyata bila dija­lan­kan serius, hasil­nya bisa menjadi luar biasa dengan omzet menjanjikan dan penompang pe­­­re­konomian ke­luarga.

Hal tersebut di­la­koni salah satu pelaku Usaha Mi­kro Kecil Menengah (UMKM) Yusneti bersama suami, Saryono. Sudah dua tahun terakhir pasangan suami istri ini menjalankan usaha maka­nan ringan yaitu kue ba­wang, di Bukik Ngalau, Ke­lurahan Batugadang, Ke­camatan Lubuk Kilangan. Usaha kue bawangnya di­beri nama “Tiga Saudara”.

Awalnya Neti, pang­gilan ibu tiga anak ini, adalah seorang pekerja di usaha kerupuk bawang “Azizah” di Batugadang, Lubuk Kilangan. Ia bekerja di bagian penggorengan sejak tahun 2009 hingga 2022.

Namun, di tahun 2022 Neti hamil anak ketiga. Setelah melahirkan, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan yang sudah dilakoninya cukup lama ter­sebut.

Keputusan berhenti itu berat dilakukan. Namun, terpaksa dilakukan karena anak bayinya butuh perhatian ekstra dari dirinya.

Setelah berhenti bekerja, wanita asal Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan ini, memutuskan untuk merinstis usaha sendiri. Memiliki basic di usaha kue bawang “Azizah”, ia pun mencoba mandiri dengan membuka usaha sen­diri, yakni membuat kue bawang. Seperti yang su­dah dikerjakan selama ia bekerja di usaha kerupuk “Azizah”.

“Saat itu, anak bayi saya sudah berumur 8 bulan. Awal merintis usaha sendiri di tahun 2022, saya membuat kue bawang kemasan kecil-kecil, dijual Rp1.000 ke warung-warung dekat rumah. Alhamdulillah, responnya sangat baik. Semuanya laris manis. Pemilik warung dan pembeli menyebut, jika kue ba­wang­nya enak,” ungkap Neti, saat berbincang dengan POSMETRO.

Karena kue bawang yang dibuat mendapat respons positif, Neti pun men­jadi semangat untuk membuat camilan jadul ini. Ia pun meningkatkan pembuatan kue bawang dan meluaskan jangkauan wa­rung-warung tempat penitipan jualannya.

“Saya dan suami menitipkan ke warung-warung di sepanjang jalan raya Indarung hingga Bypass-Lubeg. Saya putuskan untuk fokus menjalankan usaha kue bawang saja sembari mengasuh anak di rumah,” ujar wanita kelahiran 1 Juli 1986 ini.

“Awalnya hanya 5 kedai, kemudian bertambah lagi menjadi 15 kedai. Semuanya di dekat rumah saja, dan di jalan raya Indarung,” cerita Neti.

Namun, dengan respon yang sangat baik, Neti pun membuat kue bawang dengan kemasan 22 gram dan dijual Rp10.000. Ia pun meletakkan kue bawang itu hingga ke jalan raya Indarung Bypass-Lubeg.

Kini, produksi kue ba­wang Neti dengan merek “Tiga Keluarga” ini bisa menghabiskan 25 kilogram tepung sehari, atau memproduksi hingga 1.000 bung­kus kue bawang.

“Di awal usaha dulu, saya memasukkan sekitar 20-25 bungkus kue bawang dalam rentang waktu 15 hari. Alhamdulillah, respon dari semua kedai dan wa­rung yang saya titipkan bagus. Semua laris dan terjual,” imbuh Neti.

Setelah setahun usaha dirintis, Neti pun terus mengembangkan dan melebarkan sayap usaha pro­duksi kue bawang miliknya. Jika di awal, ia hanya menitipkan kue bawang ke kedai-kedai kecil, sekarang kue bawang yang sudah memiliki PRT Dan kode Halal tersebut, dimasukkan ke swalayan, minimarket dan toko oleh-oleh.

Kue Bawang “Tiga Saudara” milik Neti ini memiliki varian lainnya, seperti, Stik Kentang Bawang Pedas, Kerupuk Kentang Ba­wang Pedas, Stik Ubi Kuning, Kerupuk Ubi Kuning dan Kerupuk Ubi Bawang Pedas. Dalam proses pembuatannya hampir sama dengan kue bawang pada umumnya.

Kue bawang milik Neti ini juga tidak menggu­na­kan bahan-bahan penye­dap. Sehingga aman dikonsumsi anak-anak dan orang dewasa.

Kue bawang “Tiga Saudara” juga sudah masuk ke Citra Swalayan, Budiman Swalayan, X-Mart, DAF Mart, Aciak Mart hingga ke Koperasi RSUP M Djamil Padang. “Alhamdulillah sudah ada sekitar 20 supermaket dan swalayan yang saya masukkan kue ba­wang Tiga Saudara ini,” imbuh Neti.

Didukung Penuh UPZ PT Semen Padang

Selama proses usaha kue bawang berkembang, Neti mengakui ada andil besar dari UPZ PT Semen Padang sebagai pendorong, yaitu dengan memberikan modal usaha sejak awal merintis usaha. Menurutnya, berkat bantuan dari UPZ Semen Padang, usahanya terus meningkat dan penjualan semakin besar.

Ia menceritakan, setelah setahun merintis usaha dengan respon positif dari pasar, Neti mengaku makin optimis dan semangat membuat produksi kue bawang. Namun, ia terkendala modal. Karena saat itu, harga tepung mengalami kenaikan. Selain itu, ia juga butuh mesin produksi yang lebih baik karena usaha makin berkembang.

“Mulanya, saya sempat meminjam modal dengan adik di kampung untuk beli-beli bahan. Di tahun 2023, saya baru ingat ada UPZ Semen Padang yang suka memberi bantuan kepada para pelaku usaha kecil,” sebutnya.

Akhirnya, Neti mencoba mendatangi UPZ Baznas Semen Padang. Hasil postif didapat, UPZ Semen Padang mau memberikan bantuan modal sebesar Rp4,7 juta.

Dengan uang itu, Neti membeli alat-alat mesin penggilingan, kompor serta bahan-bahan, seperti tepung, minyak goreng.

“Saya sangat merasakan bantuan dari UPZ PT Semen Padang. Dari modal awal dari UPZ saya melanjutkan perjuangan lagi. Sekarang, alhamdulillah, jika awalnya saya ha­rus naik motor sambil me­ng­gendong anak memasukkan kue bawang ke toko-toko dan supermarket, kini sudah bisa pakai mobil,” imbuh Neti.

Bahkan, di awal tahun 2024 ini, Neti juga kembali mendapatkan bantuan tam­­bahan modal usaha dari UPZ Semen Padang. “Mungkin dari pihak UPZ melihat usaha saya terus berkembang, dan alhamdulillah saya dibantu lagi oleh UPZ. Uangnya saya belikan tepung dan bahan-bahan lainnya,” lanjutnya.

Neti yang didukung pe­nuh sang suami ini, kini sudah memiliki dua karya­wan dalam membantu pro­­duksi usahanya. Selain itu, usaha kue bawang “Tiga Saudara” sudah me­rambang hingga 120 wa­rung, kedai dan swalayan di Kota Padang. Omzetnya pun mencapai Rp 5 juta sampai Rp 6 juta per bulan.

Ke depan Neti berencana untuk terus mengembangkan usaha kue ba­wang “Tiga Saudara”, seperti tempat ia bekerja pertama kali, yakni kerupuk bawang “Azizah”. Ia ingin membangun produksi lebih besar, sehingga kapasitas produksi dapat sema­kin ditingkatkan.

“Alhamdulillah, owner kerupuk Azizah tempat saya pertama bekerja dulu mendukung penuh. Bahkan, saya sering konsultasi, jika usaha saya sempat turun naik. Ibu Azizah mem­beri semangat,” kata Neti, yang anak pertamanya mengenyam pendidikan di SMKN 8 Padang tersebut.

“Saat ini saya sudah memiliki dua karyawan untuk membantu produksi kue bawang ini. Semua masih keluarga. Saya berharap, usaha ini terus ber­kembang dan dibantu UPZ Baznas Semen Padang. Saya ingin kue bawang “Tiga Keluarga” jang­kauan­nya hingga kabupaten ­dan kota di Sumbar. Saat ini, kan masih di seputaran Kota Padang, ada sekitar 120 warung, kedai dan swalayan,” sebut Neti.

Neti berencana untuk terus mengembangkan usaha kue bawang “Tiga Saudara” dengan membangun rumah produksi lebih besar. Sehingga kapasitas produksi dapat semakin ditingkatkan. Dia berharap rencana ini mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk UPZ Baznas Semen Padang, sehingga usaha yang dirintisnya ini akan terus maju di masa mendatang. (ren)

[ADINSERTER AMP]
Exit mobile version