JAKARTA, METRO–Hari ini (11/2) masyarakat Indonesia mulai masuk masa tenang Pemilu 2024. Masa tenang ini bisa dimanfaatkan masyarakat untuk merenung, kemudian memantapkan pilihan politik dalam Pemilu 2024.
Fungsionaris PBNU, Prof Nyayu Khodijah mengatakan, memasuki hari pertama masa tenang masyarakat diimbau memanfaatkan waktu-waktu yang tersisa untuk merenung.
Sehingga bisa memastikan agar pilihannya bisa menjadi sumbangsih positif bagi kehidupan bangsa Indonesia. Paling tidak dalam lima tahun ke depan lewat kepemimpinan nasional yang dihasilkan pemilu presiden dan pemilu legislatif 2024.
Nyayu mengatakan Tuhan selalu menyiapkan momentum bagi bangsa Indonesia untuk berbenah. “Memperbaiki yang belum sesuai dengan amanat konstitusi. Bahkan, lewat pemilu kita bisa menaikkan derajat semangat persaudaraan. Semangat ini bisa dijadikan tonggak bagi terciptanya pemilu yang aman dan damai,” katanya, Minggu (11/2).
Bahkan, Nyayu mengingatkan, Pemilu 2024 tinggal menghitung hari. Baginya Pemilu merupakan momentum penting yang menentukan masa depan bangsa Indonesia lima tahun mendatang. Oleh sebab itu, mensukseskan pemilu bukan hanya menjadi tanggung jawab segelintir orang. Tetapi sudah menjadi kewajiban bagi seluruh warga negara Indonesia.
Pemilu juga merupakan momentum yang sangat penting bagi rakyat Indonesia. Karena dengan adanya pemilu masyarakat memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin negara secara sah. Keterlibatan masyarakat dalam pemilu merupakan faktor penting dalam keberlangsungan demokrasi.
“Menggunakan hak pilih dengan baik dan benar menjadi langkah awal menuju Indonesia yang lebih baik,” katanya.
Nyayu menegaskan perbedaan pilihan adalah hal wajar dalam dinamika demokrasi. Perbedaan bukan sebagai alasan untuk melahirkan perpecahan. Oleh sebab itu, sikap damai dan toleran harus terbangun dalam diri setiap warga negara.
Menurut Nyayu, nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan harus menjadi tonggak utama dalam pelaksanaan pemilu guna menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satu nilai kemanusian dan persaudaraan adalah tidak mengintimidasi dan memberi rasa nyaman kepada orang lain.
Untuk diketahui dalam sejarah kepemimpinan Rektor UIN Raden Fatah, Prof Nyayu adalah perempuan pertama yang menduduki jabatan itu. Di dunia pendidikan, ia tidak hanya sebagai guru besar sekaligus rektor di Universitas Raden Fatah, tapi juga aktif menuangkan pemikirannya dalam beberapa jurnal dan buku khususnya yang berkaitan dengan kajian ilmu psikologi dan pendidikan. (jpg)