SIJUNJUNG, METRO–Cuaca ekstrem hujan deras yang melanda wilayah Kabupaten Sijunjung memakan korban jiwa. Pasalnya, lima warga Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung, tewas disambar petir saat berteduh di sebuah pondok setelah bekerja di ladangnya.
Kelima petani yang meninggal akibat sambaran petir itu diketahui bernama, Eka (44), Ade (35), Ilham (20), Harianto (37), Hendra (40). Sementara, dua korban berhasil selamat, Faril Fiandres (17) dan Ardi Hamdani (39). Seluruh korban merupakan warga Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Sijunjung dan masih memiliki hubungan kerabat.
Kejadian nahas itu berawal dari tujuh orang yang sedang beraktifitas di ladang di daerah Jorong Bungo Pinang, Nagari Muaro Bodi, Sijunjung. Hujan lebat disertai petir mengguyur Sijunjung sejak sore hari, pada Kamis (21/12) sekitar pukul 19.00 WIB.
Untuk diketahui, lima orang korban yang meninggal akibat sambaran petir itu diantaranya, Eka (44), Ade (35), Ilham (20), Harianto (37), Hendra (40) sedangkan dua korban selamat yaitu, Faril Fiandres (17) dan Ardi Hamdani (39). Seluruh korban merupakan warga Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Sijunjung.
Kapolsek IV Nagari Iptu Joni Efendi melalui Staf Humas Polres Sijunjung, Bripka Yudi Satria mengatakan, kejadian nahas itu berawal ketika tujuh orang yang sedang beraktivitas di ladang di daerah Jorong Bungo Pinang, Nagari Muaro Bodi. Sore harinya, hujan lebat disertai petir mengguyur Sijunjung dan mereka pun berteduh di sebuah pondok.
“Jadi, mereka ini rencananya sudah mau pulang. Tapi karena hujan deras, mereka memutuskan untuk berteduh dulu di pondok. Rencananya, setelah hujan reda, mereka baru pulang ke rumahnya,” kata Bripka Yudi Satria, Jumat (22/12).
Namun, sekitar pukul 19.00 WIB, Bripka Yudi Satria menuturkan, saat di pondok tersebut, salah satu korban ada yang menggunakan Handphpne (Hp) Android dan tiba-tiba petir menyambar dan mengenai lima orang yang ada di dalam pondok tersebut.
“Akibatnya, lima orang yang ada di pondok meninggal dunia, sedangkan dua orang lainnya yang juga berada dekat lokasi kejadian selamat. Dua korban yang selamat langsung meminta pertolongan dan memberitahukan kepada masyarakat setempat. Mendapat laporan itu, warga setempat melaporkan kejadian ke Polsek IV Nagari, pemerintah nagari, BPBD dan Damkar Sijunjung,” jelas Bripka Yudi Satria.
Bripka Yudi Satria menuturkan, pihak terkait bersama warga setempat langsung mendatangi lokasi kejadian dan melakukan proses evakuasi terhadap lima orang korban, kemudian membawa ke Puskesmas Muaro Bodi.
“Setelah dilakukan visum oleh petugas medis, jasad korban dipulangkan ke rumahnya masing-masing untuk diemayamkan lalu dimakamkan setelah shalat Jumat,” ungkap Bripka Yudi Satria.
Sementara, Wali Nagari Muaro Bodi, Hendri Yandri membenarkan lima di antara tujuh warganya yang tersambar petir itu meninggal dunia. Dia menyebut mulanya ketujuh petani itu pulang dari ladang, lalu mereka berteduh di saung karena hujan lebat sedang melanda Nagari Muaro Bodi.
“Kejadian (tersambar petir) tadi malam, mereka sebelumnya bertujuh saat kejadian itu (berada di saung). Sementara saat itu mereka baru pulang dari ladang. Akibat kejadian itu, lima orang meninggal dunia dan dua lagi luka ringan,” kata Hendri Yandri, pada wartawan, Jumat (22/12).
Hendri lalu mengungkap penyebab ketujuh warganya itu tersambar petir. Dia menduga hal itu terjadi karena salah satu dari korban menghidupkan senter dari gadgetnya sehingga petir menyambar pondok yang mereka pakai untuk berteduh.
“Sementara keterangan yang kami peroleh, saat kejadian itu sudah gelap. Satu korban menghidupkan senter dari gadgetnya karena sudah. Korban sebelumnya sempat dibawa ke Puskesmas. Namun nyawanya tidak dapat tertolong,” sambungnya.
Dimakamkan Satu Liang
Lima jenazah korban sambaran petir di Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung dimakamkan di pemakaman umum Limo Kabau. Hanya saja, kelima jenazah korban dimakamkan dalam satu liang lantaran mereka masih memiliki hubungan keluarga.
Pemakaman kelima korban sambaran petir itupun diiringi isak tangi sanak saudara maupun warga setempat yang mengenali kelima korban. Liang lahat untuk pemakaman kelima korban bakan digali menggunakan alat berat untuk mempercepat proses penggalian makam.
Duka yang mendalam semakin terasa ketika satu per satu jenazah korban dimasukkan ke liang makam. Bahkan, pihak keluarga yang menangis terisak-isak berteriak memanggil nama korban. Saking histerisnya, ada juga keluarga korban yang terduduk lemas melihat korban dimakamkan.
“Keluarga korban sepakat untuk memakamkan kelimanya di dalam satu liang. Kelima orang tersebut bisa dibilang seperti keluarga karena ada yang sesuku, ipar dan besan bahkan saudara kandung pun ada,” tutup Wali Nagari. (ndo)