2 Anak Alami Trauma usai Saksikan Ayah Bantai Ibu

PRESS RELEASE—Kapolres Sijunjung, AKBP M Ikhwan Lazuardi menghadirkan pelaku Dasril (40) dan memperlihatkan barang bukti terkait kasus pembunuhan istrinya.

SIJUNJUNG, METRO–Kasus suami bunuh istri dengan sadis yang terjadi di Nagari Tam­parungo, Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung mengakibatkan trauma mendalam bagi kedua anak korban yang masih berusia sangat belia. Kenapa tidak. Kedua anak itu menyaksikan langsung saat ibu mereka ditebas secara membabi-buta oleh ayah mereka sendiri.

Pada saat kejadian, anak sulung korban Putra (nama samaran-red) yang berusia 8 tahun dan duduk di bangku kelas 2 SD sea­kan tak berdaya menyak­sikan peristiwa suram ma­lam itu bersama adik pe­rempuannya yang masih berusia 3 tahun.

Sambil berpelukan, ka­kak beradik itu melihat ke­kejaman pelaku meng­akhi­ri nyawa ibu kandung me­reka dengan sebilah pa­rang. Putra sempat mela­rang pelaku untuk tidak melakukan hal itu kepada ibu mereka.

Baa kok babituan ibu yah!?” (Kenapa ayah se­perti itu kepada ibu) tegur sang anak kepada ayah­nya. Namun pelaku men­jawab “Ibu malawan taruih ka ayah, tu dek ayah bituan” (ibu selalu melawan ke ayah makanya ayah seperti itu pada ibu).

Kapolres Sijunjung AKBP M Ikhwan Lazuardi didampingi Wakapolres Kompol Dwi Yulianto dan Kasat Reskrim Akp Abdul Kadir Jaelani menjelaskan, pelaku melayangkan teba­san parang secara ber­ulang kali kepada korban.

“Pelaku secara ber­ulang melakukan tebasan hingga korban tidak ber­daya. Dan itu disaksikan oleh kedua anak mereka,” tuturnya saat menggelar press release di Mapolres Sijunjung. Senin (5/9).

Usai mengakhiri nyawa istri dengan keji, pelaku atas nama Dasril (40) sem­pat membasuh badannya yang bersimbah darah. Pelaku membiarkan jasad istrinya berinisial MYS (27) terkapar di dekat pintu rumah.

Bahkan percikan darah akibat tebasan parang pe­laku berceceran di da­lam ru­­mah. Pelaku sempat meng­ganti baju sebelum pergi ke Polsek Sumpur Kudus. “Ayah pergi dulu, tunggu di sini” ucap pelaku Dasril kepada kedua anak­nya, kemudian berlalu per­gi keluar rumah dengan mengunci pintu ru­mah dari luar.

Saling berpelukan, ka­kak beradik itu ditinggalkan begitu saja di dalam rumah sembari melihat jasad ibu­nya berlumuran darah, tak lagi bergerak. Hanya saja isak tangis dan kucuran air mata mereka menetes tak terhenti.

Sampai akhirnya Polisi datang ke lokasi kejadian usai pelaku melaporkan perbuatannya sekitar pu­kul 05.00 WIB. Lebih ku­rang dalam rentang waktu dua jam, kedua anak terse­but hanya terpaku melihat tragedi berdarah yang me­renggut nyawa ibu mereka.

“Motifnya dilatarbela­kangi oleh persoalan eko­nomi. Sehingga adanya konflik yang cukup lama dipendam dan diaktuali­sasikan secara spontan oleh pelaku. Saat kejadian pelaku dalam keadaan normal, karena dipicu emosi oleh perkataan istri yang meminta cerai,” terang Kapolres Sijunjung.

Korban MYS meru­pa­kan istri kedua pelaku, se­telah sebelumnya bercerai dengan istri pertama. Da­lam keseharian pelaku Das­­ril bekerja sebagai petani karet. Sedangkan korban bekerja untuk men­cari tam­bahan keuangan keluarga sebagai kader Posyandu dan guru TPQ. Pasangan suami istri itu sering terlibat perdebatan karena masa­lah ekonomi rumah tangga.

Kini, pelaku sudah dia­mankan di Mapolres Sijun­jung. Pelaku mengaku me­nyesali perbuatannya. “Me­­nyesal pak,” ujar Das­ril saat ditanyakan terkait perbuatannya.

Emosi pelaku memun­cak setelah korban memin­ta cerai. “Sering ber­teng­kar karena masalah ek­o­no­mi. Emosi setelah dia (kor­ban) minta cerai,” se­butnya di Mapolres Sijunjung.

Sedangkan terkait kondisi anak-anak korban yang me­ngalami trauma mendalam, Dinas Sosial Ka­bupaten Si­junjung me­nga­takan akan melakukan pemu­lihan mental dan psi­kologi serta pen­dampi­ngan sampai kondisi anak kem­bali pulih.

“Kita bersama Dinsos Provinsi Sumbar sudah me­ngunjungi anak. Kita melihat sang anak dalam kondisi trauma mendalam, dilihat dari ketika ditinggal oleh pe­laku pascakejadian, anak ti­dak melakukan apa-apa sam­pai polisi datang ke loka­si,” tutur Kadis So­sial Ka­bupaten Sijunjung, Yofritas.

Yofritas menuturkan, Dinsos sudah berkordinasi dengan keluarga agar anak dibawa dan dilakukan pe­mulihan. “Tapi pihak ke­luarga belum mau, upaya ini sudah dua kali kita laku­kan. Kita juga melibatkan psi­kiater dan melakukan ases­men terhadap anak un­tuk membantu pemu­li­han secara psikologi. Kita akan dampingi sampai men­­tal dan psikologi anak kembali pulih,” tam­bah­nya. (ndo)

Exit mobile version