Pembangunan Jembatan Permanen Dikebut 6 Bulan dengan Dana Rp15 M

PADANG, METRO – Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mengebut proyek pembangunan jembatan permanen yang menghubungkan ruas Kota Padang menuju Bukittinggi. Pemerintah memproyeksikan pembangunan jembatan permanen sepanjang 30 meter itu akan berlangsung 6 bulan.
Sebelumnya, pada Senin (10/12) sore, jembatan di Korong Pasa Usang Nagari Kayu Tanam, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman ambruk karena debit air sungai yang tinggi.
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan, pihaknya akan mempercepat pembangunan jembatan permanen di jalur utama Padang-Bukittinggi. Ia menyebutkan, pembangunan jembatan permanen ini tidak melalui tender. Sebab, ia akan menunjuk secara langsung karena pengerjaan harus cepat dan akibat bencana alam.
”Tidak perlu tender hanya kecil ini paling banyak dana Rp 15 miliar,” kata Basuki di Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman, Kamis (13/12).
Basuki mengklaim, jembatan permanen yang akan dibangun lebih kuat dan mampu bertahan hingga seratusan tahun. Pembangunannya jembatan sepanjang 30 meter ditargetkan selama 6 bulan. Ia juga menyebut, akan memanfaatkan pabrik beton lokal di Sumbar kontruksinya, seperti PT Kunango Jantan. Begitu juga dengan kontraktornya, aga pembangunan bisa segera selesai.
“Saya sudah pesan. Ketahanannya lebih dari yang dulu sampai 100 tahun,” kata Basuki pula.
Di samping itu, kata Basuki, Kementerian PUPR juga membangun jembatan darurat, yang ditarget rampung 2 hari ke depan. Agar kendaraan bisa segera melintasi jalur utama Padang-Bukittinggi. Menurut Basuki, apabila pengerjaan jembatan darurat pertama selesai, akan dibangun jembatan darurat kedua yang lokasinya bersebelahan.
Basuki menyebutkan, setelah pembangunan jembatan darurat kedua selesai, jembatan darurat pertama akan dibongkar untuk membangun jembatan permanen. “Setelah bailey selesai, akhir bulan mungkin sudah mulai yang permanen ya. Mudah-mudahan 6 bulan bisa kita selesaikan yang permanen, cuman 30 meter,” ujar Basuki.
Antisipasi Lonjakan Harga
Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno mengantisipasi lonjakan tingkat inflasi akibat putusnya jalur utama Kota Padang menuju Bukittinggi. Ia menjelaskan, Padang-Bukittinggi merupakan jalur paling strategis di antara jalur lainnya di Sumbar.
”Jalur ini juga sebagai distribusi barang. Makanya karena terputus, dampaknya akan kita lihat. Termasuk pengaruh ke inflasi, karena ada penambahan biaya dan waktu distribusi,” jelas Irwan.
Inflasi yang dimaksud Irwan adalah adanya lonjakan harga dari bahan pokok yang didistribusikan dari Padang menuju Bukittinggi, dan sebaliknya. Namun Irwan belum bisa memprediksi sejauh mana putusnya jalur utama Padang-Bukittinggi ini bisa mempengaruhi harga bahan pokok di Sumbar. “Makanya kami untuk mempercepat ini, kita pakai (jembatan) bailey. Insya Allah paling lama 2-3 hari ke depan sudah bisa dilalui,” ujar Irwan.
Jalan Alternatif
Arus lalu lintas dialihkan ke jalur alternatif, yakni melalui Padang-Solok-Padang Panjang, atau Padang-Sicincin-Malalak-Bukittinggi. Namun, jalur Padang-Solok yang disarankan untuk dilalui, sempat tertutup longsor dan terjadi insiden truk minyak jatuh. Sementara jika melewati jalur Sicincin-Malalak disarankan berhati-hati karena sering tertutup kabut.
Menyikapi hal itu, Dinas Perhubungan Sumbar memasang kerucut lalu lintas dan pembatas jalan di jalur Sicincin-Malalak. Kerucut lalu lintas dan pembatas jalan sebanyak 30 unit itu dipasang di jalur yang menyempit, tikungan tajam, sehingga jalur bisa dilalui dengan aman bagi masyarakat.
“Setidaknya ada tanda yang bisa jadi panduan bagi pengguna jalan ketika kabut atau malam hari,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan Sumbar, Heri Nofiardi, ketika memasang rambu di jalur Sicincin-Malalak, Kamis (13/12).
Kendati demikian, Heri mengimbau, masyarakat yang melalui jalur alternatif Sicincin-Malalak supaya tetap berhati-hati, khususnya tidak terlalu memaksa berkendara dalam kecepatan tinggi. (mil)

Exit mobile version