PADANG, METRO– Tergelincirnya pesawat Citilink di Bandara Internasional Minangkabau beberapa hari lalu semakin memperdalam perasaan takut dan enggan bagi sejumlah masyarakat yang kerap melakukan perjalanan melalui jalur udara. Mereka menilai, naik Citilink sangat rawan dan menakutkan karena armadanya banyak yang bekas alias seken.
Seperti pengakuan salah seorang pengusaha Ekspor Impor, Andi (50). Baginya, perjalanan lewat udara adalah sesuatu yang beresiko dan sangat berpotensi mengundang maut. Oleh karena itu, di setiap perjalanan Padang-Jakarta atau Jakarta-Padang, dia selalu berupaya memilih maskapai yang kredibel dengan unit pesawat yang baru.
”Setahu saya, Citilink itu anak perusahaanya Garuda. Pesawatnya bekas semua. Makanya saya tidak pernah mau naik Citilink. Kecuali kalau benar-benar kepepet (terdesak) karena potensi kecelakaannya besar,” ujar pengusaha aksesoris bangunan ini.
Selama ini, terang dia, kasus kecelakaan sering terjadi karena perusahaan maskapai tidak profesional dalam menjalankan bisnisnya serta mengabaikan unsur-unsur safety (keselamatan). Akibatnya, penumpang menjadi korbannya. “Saya pernah satu kali naik Citilink menuju Batam. Tapi karena kepepet saja. Kalau nggak kepepet, saya nggak berani,” ujarnya.
Salah seorang pejabat di lingkungan Pemko Padang mengatakan, kasus tergelincirnya pesawat Citilink beberapa hari lalu di BIM adalah salah satu bentuk human error dari awak Citilink sendiri. Pilot pesawat belum profesional mengendalikan laju pesawat. Sehingga proses pendaratan mengalami kendala hingga menyebabkan tergelincir dan pecah ban. ”Bagi saya itu cuma faktor human error,” ujar pejabat yang meminta namanya tak disebutkan ini.
Sebagai pejabat daerah, dirinya memang kerap melakukan perjalanan keluar daerah dan menggunakan pesawat. Dari segi ketepatan waktu, Citilink menurutnya lebih ontime daripada maskapai lainnya. ”Ada plus minusnya naik Citilink. Kalau positifnya, mereka selalu ontime, beda dengan maskapai lain yang sering molor dan antre,” ujarnya.
Saat dihubungi, Distrik Manager Citilink Area Padang Sugiarto mengatakan, pelayanan yang ada pada maskapai telah maksimal dilakukan. Namun, jika ada keluhan dari penumpang atau pihak konsumen, hal tersebut dikarenakan oleh pihak standar pelayanan yang digunakan bukanlah pelayanan full service.
“Kita di Citilink menggunakan pelayanan berstandar Low Cost Carrier (LCC) dengan pesawat udara biaya murah dan ekonomis. Walaupun murah, tapi kita bukan murahan,” jelasnya saat dihubungi, Selasa (4/8).
Kemudian, terkait dengan pelayanan diatas pesawat, katanya, pihak Citilink memang tidak menyediakan makanan gratis. Melainkan jika penumpang ingin makanan gratis, maka penumpang haruslah membelinya. Hal ini juga mengacu dengan standar pelayanan LCC tersebut. “Beda dengan pelayanan full service. Kalau di standar pelayanan pesawat yang full service menyediakan makanan gratis. Dan itu sesuai juga dengan biayanya,” jelasnya.
Sementara, terkait dengan insiden tergelincirnya pesawat Citilink di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) beberapa waktu lalu, katanya, tidak berpengaruh kepada penjualan tiket saat ini. Bahkan, penjualan tiket saat ini stabil dan tidak mengalami pengurangan. ”Penjualan tiket kita tetap lancar. Tidak ada penurunan. Tiket kita sudah banyak booking, apalagi rute Jakarta-Padang. Mungkin pengaruh arus balik Lebaran juga lagi,” jelas Sugiarto. (tin/d)