PADANG, METRO – Ratusan petani yang terdiri dari 64 kelompok tani se-Kecamatan Kototangah dan tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Batipuah Panjang menggelar unjuk rasa ke Balai Kota Padang, Kamis (22/2). Aksi demo itu, dilatarbelakangi sawah yang menjadi mata pencarian mereka mengalami kekeringan.
Kekeringan itu diakibatkan jebolnya tanggul bendungan irigasi di Koto Tuo, Kototangah. Sejak dua tahun belakangan, 1.034 hektare sawah yang ada di wilayah itu, tak lagi dialiri air, sehingga petani sawah mengalami gagal panen lima kali, dan terpaksa beralih menanam jagung. Namun, hingga saat ini, perbaikan bendungan belum juga diselesaikan.
Pantauan, terlihat ratusan petani tersebut berkumpul di Bypass kilometer 16 depan TVRI Sumbar pukul 09.00 WIB pagi. Lalu melanjutkan aksi dengan menggelar long march dari dekat TVRI ke Balai Kota Padang yang terletak di Bypass kilometer 14.
Mereka berjalan kaki sejauh dua kilometer menuju Kantor Wali Kota sambil membawa bermacam spanduk. Demonstran menuntut perbaikan tanggul bendungan Koto Tuo yang terletak di Koto Panjang, kelurahan Koto Panjang Ikur Koto (KPIK) yang jebol sejak 2016.
Koordinator Lapangan Gabungan Kelompok Tani Kecamatan Kototangah, Fadli, mengatakan, para petani menuntut supaya Pemerintah Kota Padang segera memperbaiki tanggul irigasi Koto Tuo yang jebol agar sawah kembali dialiri air.
”Sudah dua tahun kekeringan, dari Maret 2016. Sekarang minta ke Pemerintah Kota Padang supaya memperbaiki tanggul dan sawah dialiri air agar masyarakat bisa bertani. Karena 65-80 persen masyakat Kototangah merupakan petani,” kata Fadli.
Fadli menegaskan tuntutan masyarakat, karena sampai hari ini sawah mereka tidak dialiri air. Sehingga tidak bisa lima kali panen, karena akibat jebolnya tanggul Koto Tuo. Dampaknya 1.034 sawah terlantar tidak dialiri air, 465 kolam budi daya ikan terlantar dan sumur kering.
“Selama sawah tidak dialiri air, upaya petani bertahan hidup adalah dengan mengalihkan bertanam jagung. Tapi, jagung yang ditanam pun gagal dan tidak menghasilkan, karena petani tidak mempunyai keahliaan lain. Bahkan, anak-anak kami ada yang tidak sekolah karena sulitnya membiayai hidup,” ungkap Fadli.
Fadli menjelaskan aksi demo yang dimulai dengan long march ini diikuti sebanyak 64 kelompok tani di Kototangah. Yang terdiri dari kelompok tani dari KPIK, Bungo Pasang, Sungai Bangek, Batang Kabung, Tunggul Hitam dan sebagainya.
“Kita berharap agar pemerintah kota segera mengabulkan tuntutan petani. Jangan hanya memberikan janji-janji tanpa adanya kepastian. Kami butuh air, dan kami tidak butuh janji-janji, yang dibutuhkan itu kepastian, segera aplikasikan dan kabulkan tuntutan kami. Dua tahun menanggung kekeringan,” tutur Fadli.
Menanggapi aksi demo tersebut, Pjs Wali Kota Padang Alwis, mengatakan tuntutan masyarakat terkait sawah yang tidak dialiri air karena ada tanggul yang jebol. Karena itu tuntutan tersebut harus segera dipenuhi agar masyarakat bisa kembali bertani, apalagi tani merupakan mata pencarian mereka.
”Saya yakin ini sudah dianggarkan oleh pemerintah. Solusinya, anggaran sudah ada kita eksekusi untuk membangun bendungan itu, sepanjang sesuai dengan kemampuan keuangan daerah kota Padang dilakukan ditahun ini. Kita akan terus berupaya menyelesaikan persoalan ini,” kata Alwis. (rg)
Komentar