PADANG, METRO – Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Sumbar kian mengkhawatirkan. Yang mencengangkan, orientasi seksual ini didominasi para pria penyuka sesama jenis pria dengan pria alias gay. Celakanya, bak fenomena gunung es, jumlah perilaku menyimpang inilah yang menduduki peringkat utama tersebarnya penyakit-penyakit kelamin, bahkan HIV/Aids.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sumbar Efrida Aziz mengungkapkan, jumlah Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL) alias gay sudah mencapai angka ribuan, baik yang tampak maupun tidak. Sebagian dari mereka mengidap HIV. Ironisnya diidap oleh kalangan muda usia 20 sampai dengan 29 tahun.
”Sekitar 10 tahun lalu, kasus HIV/Aids tertinggi itu disebabkan oleh penggunaan jarum suntik yang bergantian. Untuk sekarang justru berbalik. HIV/Aids tertinggi itu justru lebih banyak melalui LGBT, khususnya pada kategori gay dan waria atau Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL),” ujar Efrida, Kamis (21/12).
Ia menjelaskan, LGBT lebih dianggap berisiko dalam penyebaran virus HIV, sebab biasanya kesadaran diri untuk menggunakan alat pengaman saat berhubungan sek sangat rendah. Selain itu, karena rata-rata dari mereka tidak menikah, sehingga menyebabkan untuk berganti-ganti pasangan lebih besar.
”Meski LGBT namun bila perilakunya baik, seperti tidak berganti-ganti pasangan, atau memakai kondom saat hubungan berisiko, bisa jadi dia justru aman. Tapi akan lebih aman lagi, bila menjauhi perilaku homoseksual itu. Selain dilarang agama, perilaku itu juga sangat berisiko pada penularan HIV/Aids,” sebutnya.
Ia membeberkan, Kota Padang merupakan wilayah favorit orientasi seksual alias lelaki suka lelaki (LSL) dibandingkan daerah lain. Alasan banyaknya perilaku menyimpang di Padang karena letaknya yang strategis. Sebab, mereka menganggap dengan berhubungan sesama jenis tidak berisiko hamil.
”Kalau dibandingkan Payakumbuh, Pesisir Selatan, Bukittinggi dan daerah lainnya, Kota Padang menjadi provinsi yang paling diminati para LSL ini. Antara tempat favorit atau tongkrongan kaum lelaki sesama jenis di Padang adalah fitnes, dan kafe serta tempat pendukung lainnya. Kadang dia menjadi penjual kadang dia menjadi pembeli,” bebernya.
Efrida menambahkan, pasangan sesama laki-laki ini ada yang berperan sebagai laki-laki dan perempuan. Umumnya yang berperan perempuannya (bottom) yang paling rentan terkena penularan HIV/Aids. Soalnya, mereka yang disodomi. Itu rentan tertular.
”Umumnya mereka ada anggota polisi, TNI, pegawai bank, dan berbagai latar belakang profesi. Namun paling banyak dari tempat-tempat pusat kebugaran (fitnes). Tak sedikit juga yang sudah menikah dan punya anak. Namun identitas pribadi mereka tetap wajib dirahasiakan,” jelas Efrida Aziz.
Lebih lanjut, KPA sering memberikan pembinaan kepada mereka. Tujuannya agar mereka tidak berperilaku seksual menyimpang. Soalnya, hubungan sesama jenis lebih rentan menyebarkan penyakit, seperti HIV dan Aids. Upaya KPA seperti itu agar merubah perilakunya.
“Komunitas LSL lebih tertutup dibandingkan komunitas waria. Karenanya, dalam mendata, diperlukan bantuan komunitas dari kalangan mereka. Jumlah LBGT di Sumbar sudah mencapai 5.000 orang, jumlah ini sudah masuk kategori tinggi dari jumlah populasi masyarakat umum,” katanya.
Dari data yang dihimpun POSMETRO, dari tahun ke tahun jumlah lelaki homo atau penganut LGBT di Payakumbuh terus meningkat. Pada tahun 2013 angkanya masih berkisar 234 orang, tahun 2014 meningkat menjadi 400 orang dan di tahun 2016 tercatat 625 orang.
Sedangkan, jumlah LGBT di Pesisir Selatan pada tahun 2015 naik drastis. Penghujung tahun 2014 jumlah LGBT hanya sekitar 300 orang, namun awal tahun 2016 telah mencapai 500 orang.
Di sisi lain, makin canggihnya teknologi dan media sosial, komunitas lesbian gay biseksual transgender atau yang lebih dikenal dengan sebutan LGBT pun sudah memberanikan diri untuk muncul. Tidak hanya di kota-kota besar, belakangan media sosial facebook dijamuri dengan akun komunitas gay mengatasnamakan Sumbar.
Dari penelusuran POSMETRO Kamis (21/12), beberapa grup gay yang diberi nama dengan nama kota di Sumbar. Seperti “Gay Lubuk Sikaping”. Ada tiga akun dengan nama yang sama, yakni “Gay Lubuk Sikaping”. Jumlah anggotanya pun beragam, ada yang berjumlah 104 anggota, 228 anggota dan 29 anggota.
Kemudian, ada pula komunitas gay bernama “Gay Exist Kota Pariaman”, Gay Padang Pariaman, Gay Bisex Khusus Lubuk Basung-Maninjau-Bawan-Tiku Pariaman. Kemudian ada juga yang mengatasnamakan Gay Pariaman, Gay Pariaman Juo, Gay ABG Pariaman (671 anggota). Selanjutnya, Gay Bukittinggi, (748 anggota), Freedom Gay Bukittinggi (690 anggota), Kumpulan Cowok Keren dan Gay Kota Bukittinggi (394 anggota), Gay, bisek (+15-19) Bukittinggi dengan anggota berjumlah 566 orang. (l)