RAMADALIUS, LIMAPULUH KOTA — DI umur 14 tahun, Resta harus mengikhlaskan kaki kanannya untuk dipotong. Gadis yatim dari tiga bersaudara anak pasangan suami istri Buyuang (alm) dan Ijus, asal Koto Alam, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Limapuluh Kota, divonis menderita tumor ganas di betis kanan sejak kelas VI Sekolah Dasar (SD).
Bertahan dengan tumor ganas yang terus menggerogoti betis dan hanya diobati pengobatan kampung, Rabu (13/12), Resta yang kini mengenyam pendidikan di kelas VIII SMP Pangkalan ini menjalani operasi. Kakinya diamputasi oleh tim medis RSUD Achmad Darwis, Suliki.
Sejak ditinggal mati oleh sang ayah, Resta dan saudara-saudaranya hidup pas-pasan. Sang ibu memikul beban rangkap sebagai “ayah” dan juga ibu bagi anak-anaknya. Bekerja sebagai buruh tani mengambil upah dari kebun dan sawah orang, Ijus membesarkan tiga anaknya.
Ketika putrinya yang menginjak remaja divonis menderita tumor ganas, Ijus tak bisa berbuat banya. Pergi ke dokter biaya mahal. Terpaksalah putrinya diobati dengan obat kampung.
Berselang dua tahun, tumor semakin mengganas di tubuh Resta. Akhirnya, sejak beberapa bulan lalu, tumor di betis kaki Resta makin besar. Sedangkan tubuhnya semakin kurus.
”Saya akhirnya membawa Resta ke RSUD Achmad Darwis Suliki sejak sepekan lalu. Hasil pemeriksaan dokter, hanya ada satu jalan medis yang bisa menyelamatkan nyawa putri saya, yakni kakinya harus diamputasi,” tutur Ijus.
Ijus, bersama masyarakat Koto Alam harus mendaftarkan kelurganya menjadi peserta BPJS Kesehatan untuk bisa membawa Resta berobat dirumah sakit. Meski kelurga miskin, namun Ijus harus mendaftar sebagai peserta BPJS Mandiri.
Zal Ambo, salah seorang anggota Balai Wartawan Luak Limopuluah yang prihatin atas nasib gadis malang siswi SMP itu, sempat membezuk Resta di rumah sakit RSUD Achmad Darwis, Suliki dengan maksud menyerahkan bantuan dana yang berhasil digalang dari para donator atau orang-orang peduli akan derita Resta lewat grup Whatsapp Luak Limopuluah.
”Kita hanya bisa berdoa agar penyakit rumor ganas yang diderita Resta, pasca menjalani amputasi dapat pulih meski dia harus pasrah kehilangan satu kakinya,” ujar Zal Ambo yang punya inisiatif untuk menggalang dana bantuan lewat grup Whatsapp Luak Limopuluah.
”Alhamdulillah telah berhasil mengumpulkan sedikit uang dan bantuan kursi roda dari donatur. Ibu yang membesarkan Resta hidup hanya sebagai petani kecil di kampungnya dengan penghasilan yang pas-pasan. Itulah sebabnya, ketika tumor ganas terus menggerogoti kakinya, ibu Resta tak mampu berbuat banyak,” ujar keluarga Resta.
Zal Ambo yang punya inisiatif untuk menggalang dana bantuan lewat grup Whatsapp Luak Limopuluah untuk meringankan beban biaya operasi Resta, mengaku prihatin atas penyakit gadis yatim itu.
”Mudah-mudahan, bantuan yang telah berhasil digalang melalui grup Whatsapp Luak Limopuluah, bermanfaat bagi Resta. Dan kawan-kawan, donatur yang telah suka rela dengan ikhlas memberikan sedikit rezekinya untuk membantu Resta, didoakan menjadi amal ibadah dan mendapat balasan berlipat ganda dari Allah hendaknya,” pungkas Zal Ambo. (us)