737 Toko dan Kios Pasar Ateh Terbakar

BUKITTINGGI, METRO – Pukul 05.30 WIB, kobaran api dan asap hitam mulai mebumbung tinggi di kawasan Jam Gadang Bukittinggi. Teriakan pedagang dan juga jerit ketakutan warga melihat dalam waktu singkat Pasar Ateh sudah terbakar. Jilatan api nampak dari lantai atas gedung pasar nan melegenda itu, Kamis (30/10) pagi.
Sampai pukul 11.00 WIB, puluhan mobil pemadaman kebakaran (Damkar) masih berjibaku untuk mematikan titik api yang telah menghabisi sekitar 737 kios dan toko. Lautan manusia juga tumpah di pusat jantung perekonomian kota wisata itu. Untuk kesekian kalinya, Pasar Ateh kembali terbakar.
Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar) Kota Bukittinggi mendata, ada sekitar 357 kios Blok B (Lantai II), dan 380 kios milik pedagang di Blok C (lantai III) ludes terbakar. Kerugian sementara diperkirakan mencapai Rp1,5 triliun. Sampai sore kemarin, penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan aparat kepolisian.
Tidak satupun barang yang berhasil diselamatkan pedagang. Kobaran api yang sudah menjilati gedung pasar yang dalam renovasi itu, membuat pedagang hanya menangis dan meratapi toko, kios mereka jadi abu dalam sekejap.
Pantauan POSMETRO, para pedagang perempuan hanya bisa menangis histeris. Sedangkan, beberapa pedagang pria ada juga yang nekat masuk dari pintu depan Pasar Ateh.
Sedangkan, sebagian besar pemilik toko yang berada di sisi kiri dan kanan gedung Pasar Ateh yang terbakar mengeluarkan barang dagangan. Mereka takut kobaran api yang sangat tinggi itu akan berpindah dan menjilati gedung toko di sebelahnya.
Wakapolres Bukittinggi Kompol Dasveri Abdi mengatakan, dugaan sementara api berasal dari percikan gardu yang ada di Blok C. Akan tetapi tim kepolisian masih melengkapi data, dan berdasarkan informasi dari petugas keamanan di lokasi yang berjaga malam mengatakan awal api berasal dari gardu di Blok C (lantai III),” ujar Kompol Dasveri. Kebakaran pertama kali diketahui oleh satpam yang melihat ada percikan api.
Sementara pengakuan sejumlah pemilik toko di Pasar Ateh mereka rata-rata belum membuka toko dan baru mendapat kabar telah terjadi kebakaran dari warga.
Kesaksian Irwandi (35), petugas ronda malam di Pasar Ateh, diperkirakan kejadiannya sekitar 05.00 WIB. Dia melihat ada warna seperti api dari lantai III. Bahkan saat itu masih terlihat seperti percikan api.
”Saat itu saya sedang bersama rekan saya Edwar. Melihat ada percikan api, kami mencoba melihat lebih dekat. Ternyata tidak hanya sekadar percikan, sebagian sudah ada yang terbakar. Api berasal dari toko penjahit di lantai III,” ungkapnya.
Kemudian, mereka berupaya memadam dengan air dengan menggunakan ember. Air berasal dari saluran got di dekat bangunan Pasar Ateh. Karena api sudah mulai besar mereka tidak bisa mengatasinya.
”Saya memanggil warga lain. Ada sekitar 6 orang warga datang membantu memadamkan api, tapi tetap saja tidak bisa karena kondisi di dalam sudah mulai panas. Sehingga titik api tidak bisa dicapai,” jelas Irwandi.
Api yang terus membesar mulai menyambar travo atau gardu di lantai III. Setelah itu, api semakin membubung tinggi. Apalagi loteng bangunan yang terbuat dari triplek. Mudah terbakar. Hal ini membuat api semakin tidak terkendali.
”Melihat api semakin besar dan rasanya tidak mungkin bisa dipadamkan dengan cara manual, kami langsung melapor ke Dinas Pemadam Kabakaran,” lanjutnya.
Sekitar pukul 05.50 WIB, petugas pemadam tiba di lokasi. Karena api mulai menyebar ke Blok B, petugas sempat kewalahan. Dinas Damkar Bukittinggi meminta bantuan dari Damkar Payakumbuh, Padangpanjang, Limapuluh Kota, Agam dan Padang.
Menunjukkan pukul 06.00 lewat, petugas ronda pasar mulai menyebarkan berita kebakaran kepada Pedagang. Sebab pada saat kejadian pasar kondisinya sedang kosong dan terkunci. Tidak berapa lama kemudian pedagang pun mulai berdatangan.
Edi (38), pedagang pakaian di Lantai II, tiba di Pasar Ateh sekitar pukul 06. 00 WIB. Dia mendapat telepon dari ketua ronda Pasar Ateh. “Saya langsung terkejut dan sempat menelepon beberapa teman pedagang untuk memastikan,” ungkap Edi.
Edi langsung berangkat menuju Pasar Ateh untuk memastikan. Sesampai di pasar Ateh rupanya api sudah besar. Karena panik, Edi nekat untuk masuk. Namun, karena panasnya hawa di dalam dia pun akhirnya keluar. Edi hanya bisa pasrah melihat tokonya terbakar.
Dari pantauan POSMETRO, pedagang akhirnya hanya bisa pasrah melihat tempat usaha mereka selama ini habis dalam hitungan sekejap. Banyak di antara pedagang yang tak mampu menahan kesedihan.
Bahkan, ada yang menjerit histeris karena tidak kuasa menyaksikan tokonya terbakar. Kondisi cuaca panas membuat api cepat membesar dan terus melambai-lambai menghanguskan material bangunan dan seluru isinya.
Kebakaran Terbesar
Kepala Dinas Damkar Kota Bukittingi, Martias Wahyu mengungkapkan, puluhan armada Damkar dikerahkan untuk mematikan titik api. Tingginya jangkauan bangunan dan luasnya lokasi membuat upaya pemadaman sempat kesulitan.
”Sebanyak 20 unit mobil pemadam kebakaran kabupaten/kota di Sumbar datang membantu. Dan 100 orang lebih personel. Hingga pukul 09.00 WIB petugas belum sepenuhnya berhasil memadamkan api,” terangnya.
Api dipastikan padam sekitar pukul 11.00 WIB. Perkiraan sementara, api diduga berasal dari hubungan pendek arus listrik di lantai III. Sebab, kobaran api pertama terlihat menyebar di bagian atap lantai dua toko. Namun, sampai saat ini pihak kepolisian belum bisa memastikan sumber api sebelum olah tempat kejadian peristiwa (TKP) dilakukan.
Data Dinas Damkar, kebakaran di akhir Oktober ini merupakan yang terbesar di Kota Bukittinggi. Dan kebakaran yang keempat kalinya di Pasar Ateh. Kebakaran pertama terjadi pada tahun 1995, kedua pada 1997 dan di tahun 2017 sebanyak dua kali.
”Di tahun 2017 sudah dua kali Pasar Ateh terbakar. Dan ini yang terbesar,” terangnya. Sementara itu, Wali Kota Bukittingi M Ramlan Nurmatias yang sejak pagi berada di lokasi dan membantu evakuasi barang pedgaang, mengatakan toko dan kios yang terbakar mencapai angka 800 kios. Rata-rata yang terbakar adalah toko tekstil, konveksi, sepatu, pakaian, hijab dan lainnya.
Ramlan mengungkapkan, pusat pertokoan Pasar Atas yang terbakar itu sedang dalam masa perbaikan pada bagian depan. Akibat kebakaran tersebut, perbaikan tidak akan dilanjutkan karena melihat kondisi secara keseluruhan, gedung pertokoan memang tidak bisa digunakan lagi.
”Pasar ini kan bangunan lama. Pernah terjadi beberapa kali kebakaran pula sebelumnya, lalu sempat terdampak gempa bumi. Memang perbaikan menyeluruh diperlukan,” ujarnya.
Saat ini, pihak berwenang belum dapat memberikan keterangan menyangkut kerugian dan penyebab kebakaran dari peristiwa yang terjadi di pertokoan yang umumnya menjual produk kerajinan bordir kerancang tersebut.
Hingga Senin siang, petugas sedang melakukan pendinginan di lokasi dan kondisi di pelataran objek wisata Jam Gadang ramai oleh masyarakat dan tumpukan barang-barang dagangan yang berhasil diselamatkan pedagang.
Ketua DPRD Bukittinggi Beny Yusrial menuturkan, terkait peristiwa kebakaran ini pihak DPRD siap memfasilitas penganggaran yang dibutuhkan, namun harus disesuaikan dengan aturan.
”DPRD juga berharap Pemko cepat mencarikan solusi untuk lokasi tanggap darurat, seperti mencarikan tempat penampungan sementara, sehingga pedagang dapat mengumpulkan barang dagangannya,” pungkasnya. (cr8)

Exit mobile version