Sementara itu, Tedy Sutendi, ketika diminta komentarnya saat itu membantah dengan tegas pihaknya sudah merampas tanah ulayat nagari Pilubang. Dikatakan Tedy, dia dan niniak mamak Pasukuan Malayu Kampuang Pucuak Nagari Taram, bukan mengolah lahan milik masyarakat Nagari Pilubang. Melainkan, lahan dari kaum mereka sendiri.
“Tidak benar kami mengolah lahan milik orang lain. Yang ada, justru mereka (masyarakat Pilubang yang melaporkannya, red), menduduki lahan kami dari dulu dan mengolah lahan kami,” aku Tedi.
Dia juga menegaskan, jika benar masyarakat di Pilubang merasa lahannya dirampas, tidak satupun yang memperlihatkan bukti suratnya. “Saya tanya, kalau benar mereka punya lahan, mana suratnya?” tanya Tedy Sutendi.
Menurut Tedy Sutendi, lahan tersebut akan diolahnya menjadi kebun jagung. Saat ini, lahan sudah diolah 20 hektare. “Sebagai catatan, Nagari Taram tidak pernah berbatas dengan Pilubang, kecuali dengan Buluah Kasok. Jadi, lahan sekarang ini, tidak masuk ke Pilubang,” klaim Tedi.
Mediasi Jalan Buntu
Camat Harau, Deky Yusman menyebut, peristiwa diduga menjadi pemicu perkelahian tidak lepas dari masalah lama. Dimana terkait tapal batas nagari dan persoalan tanah ulayat. Dimana Tedy Sutendi telah membangun jalan dari Taram tembus ke Bulu Kasok.
”Persoalan tapal batas nagari dan tanah ulayat. Dimana di jalan yang dibangun itu ada masyarakat bertani, sehingga ini sudah sejak lama di mediasi oleh Pemerintah Kecamatan. Bahkan kita sudah 10 kali melakukan pertemuan, 6 kali di kantor camat, 3 Kali di lapangan dan 1 kali di Taram,” sebut Camat.
Namun, hingga terjadinya perkelahian yang berujung terbunuhnya Erwin dan kritisnya kakak beradik, Tedy Sutendi dan Tito, persoalan tapal batas nagari dan tanah Ulayat tidak menemui titik terang. “Ini harus segera diakhiri. Saat itu kita meminta pihak terkait membuat tapal batas dua nagari dan soal tanah ulayat dikembalikan penyelesaiannya kepada niniak mamak,” sebutnya.
Untuk Kecamatan Harau sendiri, ada tiga perbatasan yang belum jelas. Perbatasan Air Putih dengan Ulu Air, Ulu Air dengan Koto Alam dan Pilubang dengan Taram. “Kita berharap secara umum di Limapuluh Kota, untuk secepatnya bisa diselesaikan tapal batas dua nagari. Sehingga tidak timbul lagi percekcokan dan akan memperlancar pembangunan,” harap Camat. (us)
Komentar