Dia menyebut BPBD dan instansi terkait masih melakukan pendataan terhadap dampak banjir bandang. Namun begitu secara kasat mata dapat diperkirakan kerugian mencapai Rp1,5 miliar.
Wabup juga akan mengkaji apakah benar terjadi penolakan liar di bagian hulu Bukik Cermin, sehingga menjadi pemicu terjadinya banjir bandang. Namun, dia memastikan banjir bandang terjadi akibat hujan deras sepanjang Rabu-Kamis dinihari.
Akibatnya, lebar sungai Langkisi tidak bisa menampung tingginya debit air dari hulu hingga meluap hingga ke pemukiman masyarakat. “Kita belum bisa pastikan akibat pembalakan liar, yang jelas karena hujan deras sejak Rabu hingga Kamis dinihari,” sebut Ferizal.
Bermain Lumpur di Tengah Bencana
Kamis (24/8) pagi, awan hitam masih terlihat membawa hujan di atas SDN 3 Balai Panjang. Bak kato pituah urang Minang, “gabak dihulu tando ka hujan, cawang dilangik tando kapaneh,” seolah mengisyaratkan hujan akan segera turun.
Ratusan siswa dan siswi, kemarin terpaksa tak sekolah. Sekolah mereka sudah ditutupi lumpur. Ruangan belajar juga dipenuhi lumpur. Sebagian buku dan mobiler dalam kelas dan ruang majelis guru sudah basah dan berlumpur.
Sofa dan kursi yang biasa mereka duduki, pagi itu penuh dengan lumpur. Melihat kondisi itu, tampak dari raut wajah mereka keceriaan di tengah bencana, seakan dapat bermain lumpur. Perlahan-lahan pakaian seragam sekolah dan olahraga mereka penuh dengan lumpur. Satu sama lain berlarian dan saling kejar di tengah lumpur untuk membersihkan ruang belajar mereka.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Limapuluh Kota, Ramadinol menyebut, BPBD fokus melakukan evaluasi terhadap material pasca banjir bandang yang terdiri dari lumpur bercampur pasir dan potongan kayu.
”Kita bersihkan rumah-rumah warga dari material banjir bandang, terutama fasilitas umum seperti SDN 03 Balai Panjang. Kemudian mendistribusikan air bersih untuk membersihkan tumpukan material banjir bandang di rumah warga karena pipa sumber air bersih masyarakat ikut hanyut,” sebut Ramadinol. (us)















