PADANG, METRO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang menetapkan tanggap darurat banjir selama tujuh hari. Data sementara, ada tujuh kecamatan yang terkena dampak parah banjir yang terjadi pada Rabu (31/5) dinihari WIB.
Kalaksa BPBD Kota Padang Edy Hasymi mengungkapkan, banjir merata di seluruh Kota Padang disebabkan tiga persoalan, yaitu curah hujan tinggi, drainase yang daya tampung terbatas dan karena Kota Padang berada di bawah permukaan laut pada saat hujan terjadi pasang sedang naik dan terjadi genangan.
”Tiga itu penyebab secara bersamaan. Kami menetapkan tanggap darurat selama sepekan kedepan untuk melakukan pendataan dan mencari solusi dari bencana ini. Saat ini kita baru mengambil data dari dua kecamatan yang terkena dampak banjir, Padang Selatan dan Nanggalo,” kata Edy Hasymi.
Edy Hasymi menambahkan bahwa hingga saat ini ia baru menerima data bahwa korban berjumlah tiga ribu jiwa di Kecamatan Padang Selatan. Saat ini kami baru menerima data bahwa sebanyak 1500 rumah terkena dampak banjir di Padang Selatan.
“Hingga Kamis (1/6), beberapa lokasi yang terdampak banjir mulai mengering dan meninggalkan lumpur. Hingga saat ini bantuan yang diberikan pemerintah masih berupa makanan beserta bahan-bahan makanan lainnya. Bantuan dari Dinsos sudah diberikan berupa makanan kepada masyarakat sebanyak 2.000 bungkus,” ujarnya.
Edy Hasymi mengatakan Dinas PU Kota Padang sudah mempunyai peta tentang pelaksaanaan perbaikan dan pembenahan riol itu, dan selama ini sudah dilakukan perbaikan di beberapa lokasi yang pernah banjir.
“Lokasi yang sudah dilakukan perbaikan riol tidak terjadi banjir, tapi masih banyak lagi yang belum, pak wali perintah PU melakukan prioritas mana yang jangka pendek dan jangka panjang. Termasuk nanti dipasang pompa untuk dialirkan ke sungai dan menghindari genangan,” ungkap Edy.
Edy menjelasakan, pada banjir itu infrstruktut yang rusak adalah dua jembatan, satu di Baringin, Kecamatan Lubukkilangan dan satu di Kecamatan Lubeg. Tidak ada korban jiwa pada banjir itu dan tanggap darurat selama tujuh hari untuk pendataan kerugian.
“Baru itu informasi kerusakan yang diterima. Sedangkan fasilitas umum lainnya kebanyakan digenangi air, berapa kerugiannya belum didapat, paling minta besok (hari ini) datanya paling sudah masuk,” ungkapnya.
Edy menuturkan, selain menyebabkan banjir 24 titik di tujuh Kecamatan dan sebanyak 285 jiwa dievakuasi, curah hujan yang tinggi juga mengakibatkan longsor dan pohon tumbang yang terdapat 21 titik.
“Longsor terjadi pada tiga kawasan yakni menimpa runah warga Titin, RT 02 RW05 Kelurahn Gates, Kecamatan Lubeg, kemudian di RT 02 RW 14 Ampalu Nan XX, Kecamatan Lubeg dan jalan raya Padang Solok, Pondok Bambu Kelurahan Indarung Kecamatan Luki,” pungkas Edy.
Warga Mengungsi
Sementara itu, puluhan warga di kaki Bukit Batang Bungo RT 01/RW 01 Kelurahan Matoaia, Kecamatan Padang Selatan, mengungsi karena takut terkena longsor susulan. Warga setempat, Suryati (50) mengatakan longsor tersebut tejadi disaat hujan deras di Kota Padang, dan longsor merusak bagian belakang rumahnya, sehingga ia bersama keluarga memilih untuk mengungsi.
“Rumah saya sudah tidak bisa ditempati lagi. Karena rumah sudah hancur di timpa longsor, bagian depan dindingnya juga sudah retak dan material longsor terus dibawa air hujan, sehingga rumah saya semakin parah. Saya dan keluarga mengungsi ke pos pemuda agar lebih aman,” kata Suryati.
Suryati menambahkan, sejak mengungsi di Pos Pemuda bersama dengan warga lain, harus sahur dengan seadanya dan berbuka dengan makanan bantuan dari pemerintah. “Yang dikhwatirkan kalau malam, sangat dingin,” ungkapnya.
Selain Suryati, puluhan warga lain juga mengungsi karena takut akan adanya longsor susulan. Warga yang berada di daerah kaki bukit memilih mengungsi ke tempat aman, karena masih ada batu besar di atas bukti yang sewakjtu-waktu bisa jatuh.
Ketua RT 01 Ismed (50), mengatakan hingga Rabu (31/5) malam, warga hanya menerima bantuan berupa makanan untuk berbuka puasa dan sebuah tenda pengungsian. “Tenda sudah dibangun Pemko, tapi tidak bisa ditempati karena tanah di sana merupakan tanah timbunan sehingga becek dan lunak. Apalagi di sana banyak kaca. Kami berharap Pemko memperhatikannya,” imbuh Ismed.
Terlihat di dalam pos pemuda itu mengungsi sekitar puluhan warga. Raut wajah cemas jelas terlihat. Dewasa, anak-anak hingga balita berada di dalam pengusngsian itu. Dengan beralaskan terpal menjadi tempat tidur dengan kain sarung sebagai selimut. (rg)