PADANG, METRO – Meski berskala kecil, rupanya gempa bumi sudah mengguncang Sumbar selama April ini, sebanyak 42 kali. Hal itu berdasarkan hasil monitoring Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Padangpanjang.
”Kita terus meminta masyarakat tetap tenang ketika gempa terjadi. Memang daerah Sumbar masih rawan terjadi gempa-gempa kecil. Untuk itu, jika terjadi gempa kecil tidak perlu panik menghadapinya karena tidak semua gempa berpotensi tsunami,” ujar Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit, Selasa (2/5).
Namun, meskipun gempa tersebut hanya gempa kecil. Tetapi, wagub tetap mengimbau, masyarakat untuk tetap waspada jika terjadi gempa. Apalagi, jika itu berskala besar.
Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi Sumbar berupaya untuk melakukan pelatihan dan sosialisasi dalam penanganan dini gempa jika suatu waktu terjadi. Selain itu, Pemprov juga berupaya untuk melakukan penambahan shelter dan perbaikan sirine peringatan dini.
”Jadi kita berupaya melakukan berbagai upaya sebagai bentuk memperkuat mental masyarakat dalam menghadapi jika terjadi gempa. Dengan dilakukan beberapa upaya ini, sehingga masyarakat tidak akan lagi takut dalam menghadapi gempa,” tuturnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG Padangpanjang Rahmat Triyono mengatakan, berdasarkan hasil monitoring BMKG Stasiun Geofisika Padangpanjang mencatat, selama bulan April 2017 di wilayah Sumbar dan sekitarnya telah terjadi sebanyak 42 kali gempa bumi. Sementara yang dirasakan ialah tiga gempa.
”Tiga gempa yang dirasakan itu pada 10 April 2017 pukul 20.23 WIB dengan kekuatan 3,6 SR di Agam dan Pasaman. Kemudian, 10 April 2017 pukul 22.46 WIB (3,7 SR) dirasakan di Padang. Selanjutnya, 21 April 2017 pukul 11.00 WIB (5,3 SR) di Tuapeijat Mentawai. Selain itu, gempa juga dirasakan di Padang dan Pariaman,” ujarnya.
Ia mengatakan, hasil analisa, gempa bumi di Sumbar disebabkan aktivitas subduksi, aktivitas sesar Mentawai dan akitivitas sesar Sumatera. Gempa bumi yang terjadi pada 21 April di sekitar Pulau Sipora (5,3 SR) dan pada kedalaman 14 km dan berdampak dirasakan masyatakat yang tinggal di Pulau Sipora dan sekitarnya ini disebabkan aktivitas subduksi tumbukan lempeng tektonik pada kedalaman 14 kilometer.
Ditambahkan, yang perlu diperhatikan ialah kejadian gempa bumi pada periode April 2017 ini adalah meningkatnya aktivitas kegempaan di laut sebelah barat Kabupaten Pesisir Selatan. Pada periode April, di zona ini telah terjadi 15 kali gempa bumi.
”Walaupun gempa-gempa tersebut tidak berdampak dirasakan oleh masyarakat di sekitar Pesisir Selatan karena kekuatannya relatif kecil kurang dari 5 SR,” tandasnya.
BMKG mencatat, di Padangpanjang pada 5 April terjadi satu kali gempa. Kemudian, 9 April, 10 April, 15 April dan 16 April, masing-masing terjadi satu kali gempa. Sementara, pada 22 April meningkat menjadi 4 kali gempa, selanjutnya pada 23 April (1x), 24 April terjadi 2 kali gempa dan 26 April terjadi 2 kali.
Lebih lanjut, katanya, dari hasil monitoring gempa bumi periode April 2017 di wilayah Sumbar merupakan wilayah yang tingkat aktivitas kegempaannya tinggi. Sedangkan, pada bulan-bulan sebelumnya, periode Januari-Maret 2017 total kejadian gempa bumi di wilayah Sumbar mencapai 120 kali. Sehingga, sampai akhir April telah terjadi sebanyak 164 kali gempa bumi di wilayah Sumbar dan sekitar.
”Terjadi peningkatan aktivitas kegempaan di zona laut di sekitar Pessel. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian kita semua untuk selalu meningkatkan kewaspadaan. Dikarenakan Sumbar terdapat tiga sumber ancaman gempa bumi yaitu sesar Sumatra, Sesar Mentawai dan Subduksi lempeng di Samudera Hindia sebelah Barat Pulau Sumatra,” pungkasnya. (l)
Komentar