SAWAHLUNTO, METRO – Kecelakaan tambang batubara di Kota Sawahlunto kembali berulang dan memakan korban. Rabu (29/3) pagi, sekitar pukul 09.20 WIB, suara ledakan di salah satu lubang tambang milik CV Bara Mitra Kencana (BMK) di Parambahan, Kecamatan Talawi, membuat pekerja yang tengah memulai aktivitas, kaget.
Kepanikan terjadi karena di dalam lubang tambang terdapat beberapa pekerja tambang. Para pekerja yang tengah berdiri di samping atau di luar lubang tambang menjadi korban.
Dua pekerja yang tengah berada di dalam lubang, Ridwan (37) warga Desa Lunto Barat, Yusrizal (38), warga Desa Kumbayau, terbakar. Keduanya mengalami luka bakar hampir 75 persen. Kondisi kedua korban yang sangat parah, membuat tim medis dari RSUD Sawahlunto, merujuk korban ke RSUP M Djamil Padang.
Sementara, empat pekerja lainnya juga mengalami luka-luka, meski ketika ledakan terjadi mengakibatkan tubuh mereka terlempar.
Keterangan beberapa saksi mata saat dijumpai POSMETRO di lokasi tambang, Rabu pagi itu, para pekerja memasuki lokasi tambang. Seperti biasa, pekerja bekerja seperti biasa. Saat tengah asyik bekerja, awalnya terlihat ada runtuhan kecil di tepi dinding tambang. Setelah itu, tiba-tiba saja terdengar bunyi ledakan.
”Di lubang itu hanya ada dua pekerja. Namun, di dekat lubang itu kebetulan ada ada empat pekerja yang juga terkena imbas dari ledakan itu,” jelas Kepala Teknik Tambang CV BMK, kepada wartawan di lokasi.
Menurut dia, kejadian berlangsung cepat dan tiba-tiba. ”Ledakan itu bukan kandungan metan tambang. Kalau api, pasti sekitar 20 pekerja yang ada di dekat tambang akan hangus. Tapi, dari data kita, hanya enam pekerja terluka. Dan, dua di antaranya luka bakar cukup parah, sedangkan 4 orang berhasil dievakuasi dan selamat,” jelas Andi Asmunandar.
Ledakan diduga kuat disebabkan karena tekanan kuat udara yang bercampur dengan debu batu bara. Sehingga menimbulkan percikan api dan mengakibatkan terkelupasnya kulit dua orang pekerja dan yang empat pekerja lagi hanya shock ringan.
Kapolres Sawahlunto AKBP Riyadi Nugroho menambahkan, untuk sekarang kegiatan tambang dihentikan sementara, menunggu aman atau tidak. “Hal itu yang dapat memutuskan adalah inspektorat pertambangan provinsi, jadi kami hanya menunggu saja dulu,” ujar AKBP Riyadi, menegaskan kepolisian akan terus mengusut kasus ledakan ini.
”Lokasi tambang cukup membahayakan, sewaktu-waktu bisa terjadi musibah kecelakaan kerja. Jika pekerja tambang sudah memakai safety, tentu bisa menghindari korban yang lebih banyak lagi. Apabila memang terbukti ini adalah kelalaian, kami akan bertindak tegas sesuai aturan yang berlaku,” tegasnya lagi.
Sementara Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf mengatakan, kasus kecelakaan tambang sangat disayangkan bisa terjadi. Ledakan tambang memang berisiko terjadi di lokasi penambangan batu bara.
”Kita berharap pihak perusahaan lebih memperhatikan safety pekerja yang akan masuk ke dalam lubang, maupun yang bekerja di luar. Hal itu sangat penting untuk mengurangi risiko korban jiwa jika musibah itu terjadi. Dan, kita berharap seluruh korban segera pulih dan bisa kembali bekerja,” imbuh Ali Yusuf.
Kecelakaan tambang batu bara di Sawahlunto ini sudah sering terjadi. Sebelumnya, 27 Juni 2016 malam, lubang tambang batu bara yang dikelola PT NAL di Parambahan, Kecamatan Talawi, juga meledak. Sebanyak lima pekerja saat itu menjadi korban. (z)