LIMAPULUH KOTA, METRO – Tim evakuasi korban longsor Kelok 17 Jalan Nasional Sumbar-Riau, di Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Rabu (8/3) sekitar Pukul 12.30 wib siang, berhasil menemukan satu korban lagi atas nama Roni Emrizal (23), asal Sungai Garinggiang, Kabupaten Padangpariaman. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Padangpariaman semester akhir ini, ditemukan tanpa kaki kanan dan pakaian.
Tubuh korban juga sudah mulai menggembung dan sulit dikenali. Tim evakuasi membawa jenazah Roni ke RSUD Adnan WD Kota Payakumbuh, untuk dibersihkan dari sisa-sisa lumpur yang melekat di tubuhnya.
Kedua orang tua Roni, Rajab dan Nur Maini serta adik kandungnya Arif, tiba di RSUD untuk memastikan mayat yang ditemukan tim evakuasi. Setelah dimandikan dan dibersihkan oleh ustadz di RSUD Adnan WD Payakumbuh, baru dapat diketahui jika mayat itu merupakan anak kandungnya.
Meski sudah gembung dan sulit dikenali, tetapi Nur Maini tidak lupa dengan bentuk bagian jidad dan hidung anak keduanya itu.
Kemudian yang memperkuat jika itu mayat anaknya, Nur Maini dan Rajab serta Arif menyebut kalau Roni menggunakan gelang rajut di kedua tangannya. Kemudian Nur Maini, juga menyebut sejak dua bulan terakhir Roni menggunakan gigi palsu akibat gerahamnya sakit.
”Benar itu anak saya. Saya mengenalinya setelah dibersihkan dan saya tahu sekali bentuk jidad dan hidung,” sebut Nur Maini, terisak-isak setelah mengenali jika kantong mayat yang dibawa tim evakuasi dari lokasi longsor adalah anak kandungnya.
Kini Nur Maini, dan keluarga masih menunggu satu kaki sebelah kanan Roni ditemukan dan dibawa ke-RSUD Adnan WD. “Kami ingin menunggu dulu kaki kanannya. Semoga cepat ditemukan dan dibawa ke sini. Setelah itu kami akan membawa secepatnya mayat Roni untuk dimakamkan di kampung,” sebut Nur Maini, tak kuasa menahan deraian air mata.
Dia tidak menyangka jika anak kedua dari empat bersaudara itu akan berakhir ditimbun longsor di Koto Alam. Padahal sebutnya, anaknya itu sedang menyelesaikan semester akhir di STIE Padangpariaman.
Dari cerita Rajab, peristiwa nahas itu menimpa Roni saat tebing jalan di Koto Alam tiba-tiba longsor dan menimpa mobil dan motor serta masyarakat pengguna jalan yang antri akibat longsor.
”Kami berangkat dari kampung tiga orang, saya kemudian Roni dan sopir. Saat sampai di Koto Alam, kami terjebak antre akibat lonsor. Kemudian, karena tidak memungkinkan untuk lewat, maka diputuskan untuk balik arah. Ketika baru separoh mobil mengarah ke-Payakumbuh, tanah ditebing saya lihat bergerak dan tiba-tiba longsor menerjang,” tutur Rajab, bercerita detik-detik peristiwa naas itu.
Ketika itu ceritnya, Roni sedang berada di luar mobil sedangkan dirinya dan sopir dalam mobil L.300 bermuatan kelapa. Seharusnya, Rajab dan Roni berserta sopir hendak menuju Kota Dumai, Riau, mengantarkan kelapa.
”Saya dan sopir dihondoh longsor ikut masuk jurang bersama kendaraan. Sedangkan Roni ada di luar mobil ikut digulung ke arah dasar jurang. Beruntung mobil saya bisa terbuka di bagian atas, sehingga saya dan sopir bisa menyelamatkan diri,” sebut Rajab.
Ditemukan di Dasar Jurang
Tim evakuasi korban longsor menyebut, penemuan mayat Roni tidak jauh dari tempat mobil L.300 milik ayaknya. Namun, kondisi Roni tertimbun di kedalaman mencapai 1 meter.
Dari cerita salah seorang tim evakuasi korban bencana longsor, Bripka Anton Mawardi, pencarian di hari kelima Selasa (7/3) sekitar Pukul 17.00 wib, tim sudah mencium jika dalam timbunan itu ada mayat. Namun, karena cuaca dan medan berat, tim memutuskan untuk melakukan evakuasi dan pencarian guna memastikan dilokasi itu betul-betul ada mayat, Rabu pagi.
”Fokus pencarian dengan menggunakan kayu, kemudian kita tusukkan ke tanah timbunan longsor. Ternyata di tanah timbunan itu tercium bau menyengat dan berminyak dibagian ujung kayu,” sebut Bripka Anton.
Disampaikannya, saat ditemukan anggota tubuh korban sudah tidak lengkap, tubuh menggembung dan busuk. “Kaki sebelah kanan belum ditemukan. Evakuasi dari dasar jurang di kemiringan hampir 90 derajat, dengan ketinggian 50-100 meter,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Regu Tim Evakuasi Lettu P.A Sigiro, menyebut jika evakuasi itu berlangsung dramatis karena berada dikedalaman 50 meter dengan kemiringan nyaris 90 derajat. “Evakuasi bersama berlangsung dramatis, saling berpegangan untuk menuju arah atas untuk membawa korban,” jelasnya.
Tim evakuasi terus mencari korban yang diduga masih ada terkubur di dalam tumpukan material longsor. Karena masih ada keluarga yang melapor ada kehilangan keluarga atas nama Azwar Nasution alias Pampam (43). Karena mobil L.300 dengan nomor polisi BB 8670 LR dan diatas mobil itu ada bibit Karet dan satu unit motor dari Padang Sidimpuan menuju Gunuang Malintang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru.
Agus, salah seorang warga Gunuang Malintang bersama temannya yang memesan bibit karet dan satu unit motor, menyebut jika Pampam, diduga ikut terseret bongkahan longsor. Karena mobil dan anak bibit karet serta satu unit motor jenis Win, ditemukan di dasar jurang Kelok 17 Koto Alam.
”Dia memang hendak mengantarkan bibit karet dan satu unit motor Win kepada teman saya di kampung, dan kami mendengar dia ikut tertimbun dan beramai-ramai kesini untuk ikut mencari,” jelas Agus. (us)