PADANG, METRO–”Mesin pembunuh” itu datang lagi. Jumat (17/2) sekitar pukul 10.30 WIB, Kereta Api (KA) Sibinuang merenggut nyawa manejer proyek kampus Fakultas Ilmu Olahraga (FIK) Universitas Negeri Padang (UNP), Sahat Pieter Manali (47).
Sahat yang mengemudikan Hilux B 9031 UUA, tewas. Mobilnya hancur dan remuk setelah ditabrak KA Sibinuang, di perlintasan kereta api Jalan Adinegoro, di depan Kampus II UNP, Kecamatan Kototangah.
Kecelakaan maut ini terjadi ketika korban yang mengemudikan mobil keluar dari kampus II UNP. Saat itu, korban yang bekerja di PT Rimbo Peraduan ini, hanya seorang diri di dalam mobil.
Setiba di perlintasan rel, saat bersamaan melintas KA Sibinuang dari arah Pariaman menuju Padang. Kecelakaan tidak terelakkan. Sibinuang langsung menabrak bagian tengah mobil, sehingga kendaraan itu terseret hingga 5 meter. Mobil pun terpental keluar jalur kereta api.
“Saya sempat berteriak meminta agar korban menghentikan mobil, karena dari arah Pariaman sudah datang kereta. Tapi, dia seperti tidak mendengarkan. Kaca mobil tertutup,” sebut Firman (38), security UNP.
Firman tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena dalam hitungan detik saja, KA Sibinuang langsung menabrak mobil korban. Akibatnya, mobil diseret hingga akhirnya terlempar keluar dari jalur kereta api.
”Mobil bapak itu benar-benar hancur. Kami berusaha menolong, dengan mengeluarkan korban dari dalam mobil. Dia dibawa ke Rumah Sakit Siti Rahmah. Tapi, nyawanya tidak tertolong lagi,” ungkap Firman.
Sedangkan, pengakuan saksi mata, Afrijon (37), ia mendengar suara benturan sangat keras ketika kereta api melintas. Setelah itu, ia melihat mobil berwarna hitam sudah remuk dan berada di luar perlintasan kereta api.
”Saya lihat pengemudi mobil sudah tidak sadarkan diri dan terjepit di dalam mobil. Tubuhnya sudah dipenuhi darah. Saya bersama warga lain berupaya mengeluarkan korban dari dalam mobil. Setelah itu, korban dilarikan ke rumah sakit dengan angkot,” kata Afrizon.
Kapolsek Kototangah Kompol Jon Hendri, mengungkapkan nyawa korban tidak terselamatkan karena mengalami pendarahan hebat. Hasil pemeriksaan saksi-saksi, diduga kecelakaan itu diakibatkan karena korban tidak mengetahui kereta api akan melintas. Selain itu, korban tidak mendengar teriakan warga yang meminta berhenti.
”Di perlintasan itu juga tidak ada plang pengamanan perlintasan, sehingga rawan kecelakaan. Sekarang, jenazah korban sudah disemayamkan di rumah duka HBT. Kita mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati lagi ketika akan melintasi rel kereta api,” sebut Kompol Jon Hendri. (rg)