SIJUNJUNG, METRO – Wajah Mawardi pucat. Dia langsung bergegas berlari, ketika melihat ada kepulan asap dari rumah pondoknya, Senin (23/1) sekitar pukul 05.00 WIB. Warga Jorong Koto Hilir, Kenagarian Bukit Bual, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, sontak histeris saat mengetahui rumah kayu mereka yang terletak di dekat tambang batu bara milik PT. Dasrat tersebut, dalam waktu singkat sudah dikepung api.
Teriakan dan jeritan keluar dari mulut Mawardi memanggil nama dua putra kembarnya, Randika Putra (12) dan Randa Hadi Putra (12), yang diketahui masih tertidur pulas saat ia tinggal sebentar untuk pergi ke lobang tambang. Sehari-hari Mawardi bekerja sebagai buruh tambang di PT Dasrat.
Seorang diri, Mawardi berusaha sekuat tenaga untuk memadamkan api serta menyelamatkan kedua anaknya tersebut. Tapi, api yang begitu besar yang disertai bunyi ledakan, akibat bahan bakar jenis solar di dalam rumah, membuat Mawardi tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan nyawa putranya itu.
”Saya bangun sebelum subuh. Anak-anak masih tertidur saat saya tinggal sebentar ketika pergi ke dalam lobang tambang untuk mencek,” ungkap Mawardi.
Menurut dia, sebelum pergi ke tambang, ia memasak air menggunakan kayu tungku. Sambil menunggu air mendidih, ia pun membangunkan kedua putra kembarnya itu yang masih tertidur. Mawardi berencana mengajak putra-putranya itu untuk melihat kakak perempuan yang tengah dirawat di rumah sakit di Kota Bukittinggi.
Tak lama berselang, Mawardi pergi keluar rumah untuk meninjau lokasi tambang tempat ia bekerja yang berada tidak jauh dari rumah mereka. Namun, saat sang ayah keluar dari lobang tambang dan kembali ke rumah, Mawardi melihat asap tebal yang diduga berasal dari rumah kayu itu.
Ketika sampai di pondok, Mawardi mendapati pondok yang biasa dihuninya tersebut, telah terbakar dan api sudah membesar. ”Anak-anak masih keadaan sehat dan saya tak punya firasat apa-apa. Bahkan, pada malamnya kami bertiga masih tidur bersama-sama. Karena, Senin pagi, saya berencana membawa Randika dan Randa ke Bukittinggi, melihat kakaknya yang tengah dirawat, dan ditemani oleh ibu mereka,” sebut suami dari Leli tersebut.
Mawardi nampak shock ketika melihat anak kembarnya terpanggang hidup-hidup. Bocah kembar yang masih duduk di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 6 Nagari Bukit Bual, Kecamatan Koto VII, tak berhasil diselamatkan.
Wali Nagari Bukit Bual, Otriwandi menyebut kebakaran rumah pondok tersebut, tidak sempat diketahui warga, karena lokasinya jauh dari pemukiman. Rumah pondok itu juga jauh dari beberapa pondok pekerja tambang lainnya.
”Kebakaran diketahui warga setelah api padam. Dan, tidak satupun warga yang tahu ketika api membakar pondok yang dihuni Mawardi bersama putra kembarnya itu,” ungkap Otriwandi, menyebut warga baru tiba di lokasi ketika api sudah padam, dan pondok rata dengan tanah.
Hasil pemeriksaan sementara, api diduga berasal dari tungku api saat ayah kedua korban memasak air untuk minum pagi. Tungku posisinya berdekatan dengan penyimpanan bahan bakar solar yang disimpan pemilik rumah di dalam jeriken.
”Namun untuk lebih pastinya tentu itu adalah kewenangan dari pihak kepolisian Kota Sawahlunto dan Polsek Koto VII Kecamatan Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung yang turun kelapangan melakukan oleh TKP. Sementara ayah korban terlihat depresi dan histeris atas musibah yang menimpa kedua putranya itu,” ujarnya.
Kepala Dinas Satpol PP dan Damkar Sijunjung, Masharianto mengatakan, api dengan cepat membakar bangunan yang terbuat dari kayu. Petugas Damkar pun baru mendapat laporan setelah api padam, karena lokasi yang jauh dari pemukiman warga dan terletak di kawasan pertambangan.
”Lokasi kebakaran berada di perbatasan kabupaten, tepatnya di kawasan pertambangan batu baru milik PT Dasrat,” tuturnya. Sementara itu, jasad bocah kembar Randika Putra dan Randa Hadi Putra, dievakuasi petugas kepolisian. Setelah dimasukkan ke dalam kantong jenazah, keduanya dibawa ke RSUD Kota Sawahlunto. Kemarin, kedua korban langsung dikuburkan di pandam perkuburan Nagari Bukit Bual. (e)