Diperkirakannya, dengan aktifnya kembali rel kereta api di Sumbar maka moda transportasi tersebut akan menjadi alat transportasi yang sangat hemat. Selain itu juga mendukung sistem perdagangan di Sumbar.
Setidaknya mengelilingi Sumbar dari Padang-Kayu Tanam-Padang Panjang-Batu Taba-Solok-Sawahlunto hanya membutuhkan waktu 4 jam. Itupun jika ditempuh dengan kecepatan rata-rata 80 km/jam.
Sementara waktu yang lambat hanya pada Kayu Tanam-Padang Panjang, dengan kecematan 20 km/jam. Sebab menggunakan jalur bergigi. ”Dengan aktifnya jalur itu, kita yakin jumlah kendaraan di jalan akan drastis berkurang. Jadi sebenarnya sungguh hemat dan cepat menggunakan kereta api,” ujarnya.
Mengaktifkan kembali jalur di Sumbar tersebut merupakan bagian dari program jalur Trans Sumatera, menghubungkan Aceh-Lampung dengan kereta api. Khusus di Sumbar hanya tinggal mengkoneksikan dengan Riau sepanjang 150 km lagi. Dengan itu, maka Sumbar sudah terkoneksi dengan Trans Sumatera.
Perlintasan Liar
BTPWBS juga mengingatkan Pemko Padang terkait dengan perlintasan liar yang terlalu banyak di Kota Padang. Kondisi itu sangat rawan kecelakaan, serta mengganggu optimalisasi fungsi railbus yang rencananya dijalankan pada Agustus 2016. “Ini perlu menjadi perhatian Pemko Padang, karakter kereta yang melayani Padang-BIM sangat berbeda dengan karakter kereta reguler yang melayani Padang-Padang Pariaman,” sebutnya.
Speksifikasi railbus Padang-BIM jauh lebih tidak bising, kecepatannya bisa 80 km/jam. Sementara kereta reguler Padang-Padang Pariaman kecepatannya hanya 20 km/jam. “Jika itu dioperasikan kita yakin sangat rawan, kalau tidak diatasi maka pemanfaatannya menjadi tidak optimal, kalau tidak cepat keretanya jadi juga tidak bermanfaat, karena orang butuh cepat,” ulasnya. (fan)













