“Sudah terlalu lama para atlet menjadi korban. Saya ingatkan kepada semua pihak untuk melepaskan kepentingan pribadi dan ego masing-masing demi kejayaan olahraga nasional,” ujar Erick dengan nada tegas.
Selain memberi ultimatum, Erick juga mengajak seluruh organisasi olahraga melakukan introspeksi dan pembenahan tata kelola internal. Menurutnya, langkah itu penting agar dunia olahÂraga Indonesia dapat dikelola secara profesional, transparan, dan berorientasi pada prestasi.
“Kami di Kemenpora sudah melakukan introspeksi dengan memperbaiki tata kelola internal. Sekarang waktunya KOI, KONI, dan pengurus federasi olahraga juga melakukan hal yang sama,” ujarnya.
Ia menambahkan, peÂnyelesaian masalah harus dilakukan dengan semangat persatuan.
“Duduklah bersama untuk menyelesaikan masalah secara musyawarah. Karena musyawarah adalah landasan membangun bangsa dan negara,” tambah Erick.
Kini, setelah sebulan berlalu sejak surat tersebut dikirim, KOI dan KONI haÂnya memiliki waktu dua bulan tersisa untuk menyelesaikan konflik yang berlarut-larut itu. Erick menegaskan, tidak akan ada lagi kompromi atau perpanjangan waktu.
“Ini bukan ancaman, tapi peringatan. Kita harus belajar menegakkan aturan dan disiplin dalam tata kelola olahraga nasional. Kalau tidak, prestasi tidak akan pernah berkembang,” tegasnya. (jpg)
















