Ketimpangan gender yang masih terjadi juga berdampak pada kesehatan reproduksi dan kesejahteraan perempuan. Hassan MohÂtaÂshami, UNFPA Indonesia Representative, menyoroti pentingnya akses layanan kesehatan reproduksi yang aman dan berkualitas sebagai bagian dari upaya mencapai keseÂtaÂraan gender.
“Semakin sejahtera perempuan dan anak perempuan, begitu pula dengan keluarga, komunitas, dan dunia secara keseluruhan,” katanya.
Akiko Amakawa, Corporate Strategy Officer & CEO Chief of Staff Takeda Pharmaceuticals, menambahkan bahwa perusahaan telah lama menerapkan prinÂsip keberagaman, kesetaraan, dan inklusi, dengan lebih dari 60% kepemimpinan di Takeda Indonesia diÂpeÂgang oleh perempuan.
Selain itu, Takeda juga mendukung program Women at the Centre: Rising Up AgainÂst the Pandemic of Violence Against Women yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan dan melindungi mereka dari kekerasan.
Terakhir, Ketua FNM Society, Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, Sp.ÂM(K), menekankan bahÂÂwa tantangan yang dihadapi perempuan Indonesia membutuhkan kerja sama semua pihak.
“Pemberdayaan perempuan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau orgaÂnisasi tertentu ini adalah tuÂgas kita bersama. Saat kita berÂgerak, kita membawa peÂruÂbahan bagi lingkungan kita, koÂmunitas kita, dan pada akhirÂnya, bagi bangsa ini,” tegasnya.
Konferensi ini diharapkan menjadi titik awal bagi upaya berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan di Indonesia. Dengan mengatasi tantangan kesehatan, pendidikan, ekoÂnomi, dan perlindungan, perempuan Indonesia dapat lebih berdaya dan berkontribusi secara maksimal dalam pembangunan bangsa. (jpg)














