Suatu hari, datanglah Abu Bakar Ash Shiddiq ke pasar Madinah dan mendapati pengemis buta tersebut sedang berteriak dan menhina dina Nabi Muhammad SAW.
Amarah Abu Bakar memuncak, namun beliau masih bisa menahan diri untuk tidak menghardik pengemis buta tersebut.
Abu Bakar kemudian mulai menyuapi pengemis buta tersebut sambil menahan marahnya, mendengar Rasulullah SAW dicaci dan dijelek-jelekkan. Pengemis buta tersebut sadar bahwa orang yang menyuapinya bukanlah orang yang biasa datang. “Aku yang biasa menyuapimu,” ujar Abu Bakar.
Pengemis buta itu tidak percaya dan berkata bahwa orang yang biasa datang menyuapinya selalu menghaluskan makanan terlbih dahulu sebelum menyuapinya, sehingga ia makan dengan sangat mudah dan tidak kesulitan.
Mendengar ucapan pengemis tersebut, Abu Bakar tak kuasa menahan air matanya. Beliau pun menangis terisak-isak dan mengakui bahwa beliau bukanlah orang yang biasa datang dan menyuapi pengemis tadi. Beliau juga mengatakan tak akan bisa bersikap selemah lembut orang tersebut.
Pengemis buta pun bertanya kepada Abu Bakar ke mana orang yang biasa datang dan menyuapinya? Abu Bakar menjawab kalau orang tersebut sudah meninggal dunia. Beliau datang menggantikannya karena ingin meneruskan amalannya.
Abu Bakar pun bercerita bahwa yang datang menyuapinya selama ini adalah Nabi Muhammad SAW, Rasulullah yang selama ini dicaci, dihina dan direndahkan oleh pengemis tersebut di depan semua orang yang ada di pasar.
Tertegun mendengar ucapan Abu Bakar, pengemis buta itu pun perlahan menyadari perlakuan kasar dan buruknya kepada Nabi Muhammad SAW, orang yang selama ini telah membantunya dengan sabar dan ikhlas.
Pengemis buta itu pun ikut menangis menyesali perbuatannya. Ia pun langsung mengutarakan niatnya untuk masuk Islam kepada Abu Bakar As Shiddiq dan mengucapkan dua kalimat syahadat setelahnya.
Sungguh kasih sayang dan sifat lemah lembut yang ditunjukkan dalam kisah teladan Nabi Muhammad SAW ini dapat menyentuh hati setiap orang. (***)













