“Bila apa yang terjadi dalam hidup kita, adalah kali kedua setelah bekerja dalam pikiran kita, maka pikiran tentang Republik Indonesia ini Bernama Ibrahim Simabua Datuk Tan Malaka. Beliau lah yang menyempurnakan ethos, logos dan pathos dari segala pertanyaan, kegelisahan, dan kerinduan akan kemerdekaan 100 persen,” sebut Ferizal Ridwan.
Mantan Wakil Bupati Lima Puluh Kota yang terus berjuang untuk mendirikan universitas Tan Malaka di Lima Puluh Kota ini, mengatakan Tan Malaka adalah tauladan atas sikap seorang pejuang sejati. Beliau yang berani berkorban apa saja, demi bangsanya, demi akal sehat yang harus diwujudkan sebagai realitas negara ini.
Buya, panggilan akrab Ferizal Ridwan Sultan Purnama Agung, juga menyampaikan perkembangan dari waktu kewaktu perjuangan Ibratama mulai dari sejak perjuangan penjemputan dan pemulangan beliau Ibrahim Datuk Tan Malaka, tahun 2016 lalu dan tahun 2017. “Kita telah dapat pula menetapkan Rumah dan komplek Makam Tan Malaka ini, dijadikan Cagar Budaya daerah, melalui Keputusan Bupati lima puluh kota nomor 173 Tahun 2017. Dan tahun 2019 rumah Tan yang selama ini terbiarkan sudah mendapat perbaikan rahap ringan, dan terbaru juga sudah diresmikan Menteri Kebudayaan RI bapak Fadlizon sebagai Cagar Budaya Nasional, tentunya lompatan lompatan dan kemajuan perhatian terhadap perjuangan dan pewarisan gagasan dan ide Arta pemikiran Tan Malaka akan dapat selalu ditempat yang terbaik,” harapnya.
Secara strategis, disampaikan Buya, saat ini Ibratama sedang mengupayakan pendirian Universitas Tan Malaka, atau International Tan Malaka University, akan segera mempersiapkan beberapa program studi, yang selaras dalam perjuangan Tan Malaka. “Setidaknya, kita akan mendirikan Program Studi Filsafat Perlawanan, agar seluruh spirit perlawanan itu bertumbuh dalam pangkal lahan akal budi manusia.
Kita akan mendirikan Prodi Ilmu Politik Kenegaraan, agar seluruh actor dalam Amanah pengelolaan negara, memiliki wahana bathin dan intelektual yang memadai dalam dirinya”.
“Kita akan mendirikan Prodi Studi Pembangunan, agar negeri ini mempunyai keberpihakan pada pembangunan kerakyatan, memiliki perhatian pada rakyat miskin, dan juga pada yang mereka yang terampas hak-haknya. Pembangunan harus sebesar-besarnya demi kebaikan rakyat, bukan untuk pesta pora para pejabat yang penuh dengan kepalsuan. Kita juga akan mendirikan Prodi Ilmu Sosial Tranformatif. Agar kemanusiaan itu tidak mati ditelan teori. Tidak sibuk berkubang di lumpur analisis laboratories. Ia harus hidup dalam denyut nadi rakyat, harus ada pada semangat Revolusi, dan beberapa prodi lainnya,” ungkap Buya. (uus)
















