ini?” tanya Bung Hatta spontan saat melihat amplop itu. “Bukan surat Bung. Uang. Uang saku untuk Bung
Hatta selama perjalanan di sini,” jawab Soemarmo. “Uang apa lagi? Bukankah semua ongkos perjalanan saya sudah ditanggung pemerintah?
Dapat mengunjungi daerah Irian ini saja saya sudah bersyukur. Saya benar-benar tidak mengerti, uang apa lagi ini?” balas Bung Hatta.
“Uang ini pun dari pemerintah, termasuk dalam biaya perjalanan Bung Hatta dan rombongan ini,” Soemarmo mencoba meyakinkan Bung Hatta.Tidak, itu uang rakyat. Saya tidak mau terima, kembalikan,” kata Bung Hatta tegas.
Soemarmo menjelaskan panjang lebar bahwa kunjungan pejabat ke daerah memang selalu termasuk uang saku. Uang tersebut sah karena sudah dianggarkan dalam APBN. Namun Bung Hatta tetap pada pendiriannya. “Maaf saudara, saya tetap tidak mau menerima uang itu. Sekali lagi saya tegaskan, bagaimana
pun uang itu harus dikembalikan pada rakyat,” kata Bung Hatta. Soemarmo menyadari bahwa percuma berdebat dengan Bung Hatta soal prinsip tersebut. Tak ada gunanya memaksa Bung Hatta. Dia pun kemudian menyimpan kembali amplop itu. (***)
















