“Tantangan kita dengan banyaknya hasil produksi adalah tantangan harga anjlok. Sehingga harapannya kedepan dengan kampung zakat, jika hasilnya maksimal bisa diolah menjadi bubuk cabe kering. Dan kelompok tani kita sudah ikut pelatihan ditingkat Provinsi, sudah melihat pasarnya dengan produk cabe kering,” ucapnya.
Walinagari juga menyebut selain cabe, pertanian padi di Nagari Ampalu juga sangat menjanjikan. “Dulu sektor padi masyarakat setiap panen padi selalu mengeluarkan zakat. Bahkan tidak setiap tahun tapi setiap kali panen. Ini juga yang kami cita-citakan membumikan zakat ditingkat pertanian, sehingga rezkinya akan semakin berkah,” sebut Walinagari penuh semangat.
Hal senada juga disampaikan Pimpinan Baznas Lima Puluh Kota, Gusri Efendi, bersama Edrimal Dt. Ulak, memuji program Kampung Zakat di Jorong Mangunai, Nagari Ampalu. Dukungan Kemenag Lima Puluh Kota, Walinagari, Jorong, Bamus, dan tokoh-tokoh masyarakat Ampalu, yang sudah mendorong kerja-kerja pemberdayaan kampung zakat. “Kita harus punya perencanaan yang terukur, sampai nanti adanya UPZ Nagari. Bisa nanti kerjasama dengan rumah zakat, LAZ, dan nanti menjadi UPZ mandiri. Maka jika dia mandiri dia akan punya laporan sendiri, dan punya perencanaan sendiri, sehingga nanti tinggal disingkronkan dengan Musrenbang nagari, dan minimal ada Pernag,” ucapnya.
Dia menyebut dengan berbagai program yang ada seperti pertanian cabe, padi, tenun, perikanan dan lainnya, dapat mengumpulkan zakatnya melalui UPZ. “Komunikasi dan pelaporan zakat itu penting, karena ini dana umat harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan,” sebutnya.
Selain Kemenag, Baznas, Walinagari, Jorong, turut hadir dari Rumah Zakat, Kasi Penmad H.Rizki Eka Putra, Kasi Zakat dan Wakaf, Memen Efendi, tokoh masyarakat, serta kelompok petani cabe di Kampung Zakat. (uus)
















