Senada dengan itu Penzawa (Pengelola Zakat dan Wakaf) Kemenag Lebak, Abdul Basit memaparkan pentingnya pendekatan ini, yang sejak awal mengedepankan transformasi sosial.
“Mengubah pola pikir adalah kunci, masyarakat tidak hanya harus dibantu secara materi, tetapi juga didorong untuk mandiri. Program Kampung Zakat kami berupaya agar masyarakat yang dulu terbiasa menerima zakat bisa menjadi mandiri, dan bahkan menjadi muzakki yang berkontribusi,” jelasnya.
Lebih lanjut, abdul Basit menjelaskan Sejak pertama kali dirintis pada 2018, Kampung Zakat Lebak telah mengalami perkembangan pesat meski sempat terkendala bencana alam yang menghantam kawasan tersebut. Salah satu produk andalan mereka, kripik cinta, sempat terkena imbas banjir besar.
Namun, bukannya berhenti, Kemenag Lebak merintis kembali program kemandirian dengan fokus pada pelatihan dan pengembangan keterampilan masyarakat. Program ini kemudian dikenal dengan nama “Soung Ilmu “.
“Program Kemandirian “Soung ilmu” mengakomodir 5 program kampung zakat diantaranya , tempat mengaji, pelatihan pemasaran digital, dakwah penyuluh agama, pelatihan dan pengembanganagn UMKM dan literasi pendidikan” jelas Abdul
Sebagai tanda penghargaan dan ucapan terimakasih, kegiatan studi tiru sekaligus silaturahmi ini ditutup dengan sesi pertukaran cendera mata antara kedua Kepala Kantor. (pin)
















