“Ini sangat signifikan dengan tujuan kita untuk mempromosikan Ombilin Coal Mining Heritage yang terdiri dari tujuh kabupaten/kota di Sumatera Barat. Tentu kami sangat menyambut baik karena dengan adanya buku ini, seluruh dunia akan tahu bagaimana dulu aktivitas tambang dan transportasi hasil tambang ke luar,” lanjut Hilmed.
Buku karangan Gerrad awalnya berbahasa Belanda dimana kemudian diminati banyak pihak sehingga muncul permintaan alih bahasa ke Indonesia. Proses alih bahasa ini dipercayakan kepada Eddy Setio Hardono, perwakilan dari Stoomtrein Katwijk Leiden dengan mencari penerjemah dari Kedutaan Belanda.
“Banyak peminat ingin diterbitkan ke bahasa Indonesia, mengingat isinya buku ini hampir 90 persen tentang Indonesia beserta Sawahlunto. Kemudian, Pak Gerrad mendapatkan kesulitan bagaimana menerjemahkan ke bahasa Indonesia. Saya carikan penerjemah dari Kedutaan Belanda yang menerjemahkan ke Bahasa Indonesia,” ujar Eddy.
Sementara itu, Gerrad selaku penulis buku Kereta Tambang di Hindia Belanda pun menyampaikan kepuasan hatinya selama melakukan penelusuran sejarah. Meskipun sulit, namun Gerrad menikmati perjalanannya dalam menyusun buku ini. Ia berharap perhatian lebih dari pemerintah dalam pengelolaan Ombilin Coal Mining Heritage sebagai salah satu warisan budaya dunia.
“Saya berharap ke depannya pemerintah akan mau menginvestasikan dananya di sini. Melatih orang-orang menjadi pemandu yang lebih ahli di museum, meningkatkan pendanaan untuk mendukung fasilitas di kota, bangunan, dan rel kereta api itu sendiri,” jelas Gerrad. (fan)
















