Selain itu, Khairul Anwar mengungkap RA adalah korban dari jaringan serupa di pondok pesantren lain sekitar tahun 2012. Sedangkan pelaku AA adalah korban dari pencabulan yang dilakukan oleh RA. Sehingga, hal ini menunjukkan adanya pola rekrutmen korban menjadi pelaku di dalam jaringan tersebut.
“Kuat dugaan adanya sindikat ini menambah kompleksitas kasus yang sedang ditangani. Kami berharap penegak hukum dapat mengusut tuntas jaringan tersebut dan memastikan tidak ada lagi korban yang berjatuhan,” ujar dia.
Pelaku Lulusan Terbaik
Khairul Anwar mengatakan, dua oknum guru di MTI Canduang yang terlibat kasus pelecehan seksual dan sodomi terhadap puluhan santi merupakan lulusan terbaik di sekolah itu dan merupakan mubalig terkenal yang sudah sering diundang untuk mengisi pengajian di masjid-masjid.
“Kedua pelaku merupakan berprestasi di bidang akademik. Mereka merupakan alumni dan menjadi lulusan terbaik di angkatan mereka. Mereka juga meraih predikat cumlaude di perguruan tinggi. RA ini bisa dicek di media sosial, banyak mengisi pengajian. RA ini juga ahli tarikat dengan status mursyid,” ujarnya.
Sedangkan terkait kesehariannya, ujar Khairul Anwar, kedua pelaku sangat sopan dan baik. Akibat kondisi itu, pihaknya pun mengakui telah kecolongan hingga terjadi kasus itu. Padahal, pihak sekolah juga sudah mengupayakan pengamanan semaksimal mungkin dengan memasang CCTV di lingkungan asrama.
“Tapi pelaku melakukan perbuatan itu di area yang tidak terjangkau CCTV. Mereka melancarkan aksinya di aula dan rumah pembina. Makanya, kita kecolongan. Pihak yayasan akan melakukan evaluasi menyeluruh setelah adanya kejadian ini,” tutupnya. (pry)














