“Karena itu, kita bertekat Maek mesti di follow up, termasuk melibatkan UNESCO dan BRIN. Penelitian harus dilakukan, sejak usia berapa tengkorak itu ada, termasuk data DNA tengkorak tersebut. Semoga dalam waktu dekat, bisa hasilnya keluar,” ucapnya.
Dari penelitian UNP di Maek, lanjut Supardi, di daerah tersebut ditemukan bekas Dermaga besar. Karena itu, berkemungkinan dulunya Maek bukanlah daerah daratan, tapi merupakan sebuah pulau dari lautan
“Dari pertemuan kita dengan BRIN, ternyata pada 2005 sudah dilakukan ekskavasi di Maek dan Guguk, ditemukan 3 tengkorak yang ternyata dari penelitian sudah ada sejak abad pertama sebelum Masehi. Makam yang ada di Guguak itu menghadap ke kiblat dan punya liang lahat,” ucap Supardi.
Sebelumnya, Jefrinal Arifin Kepala Dinas Kebudayaan di Provinsi Sumatera Barat menyampaikan bahwa Festival Maek yang digelar dari anggaran pokir Ketua DPRD Sumbar Supardi, akan berlangsung 17-20 Juli 2024. Sebelumnya, pada 14-17 Juli 2024, merupakan pra festival dan workshop kekaryaan.
“Pra festival digelar Workshop Kekaryaan, yakni kolaborasi dengan peserta anak-anak Maek yang dibimbing Direktur Festival, Donny Eros Djarot, termasuk komposer dari Jerman dan Indonesia,” ucap Jefrinal.
Rangkaian Festival Maek ini, lanjut Jefrinal, juga ada Residensi 4 seniman yaitu Iyut Fitra.yang akan membacakan puisi, Yudilfan Habib, Widdy Asriantor dan Satria koa Putra untuk sketsa Sketsa.
“Juga ada lomba feature, lomba foto essay untuk semua fotografer. Materi karya foto yang dilombakan, merupakan foto yang diambil selama helat Festival Maek. Juga lomba video selama kegiatan festival Maek,” ujar Jefrinal.
Selain Pameran yang digelar pada 14-17 Juli yang bekerjasama dengan Balai Pelestarian Budaya, juga ada diskusi pada 13-16 Juli di Cafe Agamjua Payakumbuh. Diskusi dengan berbagai topik akan menghadirkan pembicara dari Jepang, Mesir dan Indonesia.
“Festival juga menampilkan pertunjukan termasuk kolaborasi anak-anak Maek yang telah dilatih sebelumnya. Juga diskusi terkait seniman residensi serta potensi pengembangan wisata di Maek. Umpan balik dari festival ini, sebagai masukan untuk Maek untuk pengembangannya ke depan, khususnya pariwisata budaya,” ungkap Jefrinal. (hsb)















