PEPATAH bijak orang Minang menyebutkan, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan. Artinya, pepatah ini mengisyaratkan kepada insan untuk meninggalkan yang baik ketika ia meninggalkan dunia ini. Apalagi terhadap pemimpin dan kepala daerah, yang dituntut untuk meninggalkan karya yang baik.
Sebab apabila insan meninggalkan dunia, agama menganjurkan mengenang prilaku baik dan karya terbaik. Apalagi karya yang fenomena. Begitu juga terhadap pemimpin negara, kepala daerah di negeri ini baik nasional, provinsi, kabupaten dan kota. Pasti kita akan mengingat hasil karya yang ditinggalkannya.
Presiden Soekarno dikenang tidak hanya sebagai tokoh proklamatornya. Akan tapi dengan karya fenomenalnya membangun stadion sepakbola termegah di Asia Tenggara ketika itu, yakni Stadion Utama Senayan Jakarta. Sekarang berganti nama menjadi stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Selain itu juga tugu monasnya.
Begitu juga halnya di Sumbar setiap berganti gubernur, orang pasti membicarakan karya yang ditinggalkannya untuk kepentingan masyarakat. Sebut saja misalnya, Azwar Anas dikenal jasanya berhasil membangun Stadion H Agus Salim Padang usai pelaksanaan MTQ Nasional ke-13 di Padang tahun 1983.
Begitu pula dengan Hasan Basri Durin (almarhum), dikenal sebagai pencetus pembangunan jalan Bypass Padang. Kemudian, Zainal Bakar sebagai pencetus jembatan layang kelok sembilan dan bandara internasional Minang kanai (BIM). Kemudian, Gamawan Fauzi dengan berdirinya masjid megah yang dikenal dengan Masjid Raya Sumbar di Jalan KH Ahmad Dahlan Kota Padang. Walaupun, Gamawan Fauzi tidak menjabat dua periode karena keburu didaulat menjabat Mendagri di Era Presiden SBY.
Lalu, bagaimana dengan Gubernur Sumbar sekarang? Ya, saat ini Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno sudah memasuki periode kedua memimpin provinsi yang berjuluk Ranah Minang ini. Sudah pasti akan berpikir hal yang sama dan ingin meninggalkan kenangan terindah buat masyarakat Sumbar setelah kepemimpinannya berakhir 2021 nanti.
Proyek besar pembangunan Stadion Utama PON 2024 di Nagari Sikabu Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman yang berlangsung saat ini bisa menjadi kado terakhir dari Irwan Prayitno untuk Ranah Minang tercinta nantinya.Stadion utama berkapasitas tempat duduk 40.000 penonton itu pembangunannya sudah mulai dikerjakan pada 2015 silam. Pekerjaan pembangunan stadion yang sedianya rencananya dipersiapkan untuk pelaksanaan PON ke-21 tahun 2024. Stadion itu direncanakan akan tuntas pembangunannya tahun 2020 mendatang. Namun, kabarnya Sumbar tidak kesamapaian menjadi tuan rumah PON 2024.
Kawasan stadion utama yang menghabiskan dana Rp800 miliar akan dikerjakan secara multi years melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Sumbar. Tahap awal pembangunan untuk pekerjaan land clearing lokasi sebelum dimulai pembangunan secara keseluruhan, dananya dianggarkan sebesar Rp18 miliar.
Kawasan stadion utama seluas 38,5 hektar adalah salah satu proyek strategis Pemprov Sumbar. Kawasan itu dibangun untuk mengembangkan potensi olahraga di Sumbar sekaligus demi pemerataan pembangunan di Ranah Minang.
Dukungan dan peran pemerintah untuk saling mendukung membangun sarana dan prasarana pendukung olahraga di daerah Sumbar sangat dibutuhkan. Terutama kepada Pemkab Padangpariaman yang merupakan wilayah tempat berdirinya stadion tersebut.
Sedianya stadion itu didesain tribun separoh tertutup itu adalah salah satu proyek pembangunan prioritas Pemprov Sumbar berstandar Internasional. Program pembangunannya dengan jangka panjang membutuhkan dari segala pihak agar pekerjaannya cepat selesai.
Stadion yang dirancang sebagai lokasi utama pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 di Sumbar itu di desain separoh tertutup untuk menyesuaikan dengan kondisi wilayah Pa¬dang Pariaman yang rawan gempa.
Main Stadium diareal seluas 38,5 hektare di Nagari Sikabu Kabupaten Padangpariaman rencananya akan dilengkapi dengan sarana dan prasarana 4 gedung olah raga, danau buatan untuk olahraga air, serta satu bukit untuk olahraga sepeda gunung.
Nah, bila pembangunan Stadion di Lubuk Alung itu nanti selesai dan dimanfaatkan untuk kepentingan umum maka nama Irwan Prayitno pasti akan menjadi buah bibir di tengah-tengah masyarakat Sumbar atas kerja-kerasnya tersebut. Meskipun ia tidak menjabat gubernur lagi di masa mendatan. Sehingga gubernur yang merupakan Anak Nagari Pauh IX yang bergelar Dt Rj Bandaro Basa itu akan dikenang warga Ranah Minang.
Karena fisik yang fenomenal lebih mudah dikenang masyarakat ketimbang pengharapan yang berlipat lipat di ruangan. Stadion sedianya akan mendukung kualitas insan sepak bola Sumbar yang juga dikenal mempunyai sejarah kuat dengan olah raga si kulit bundar itu.
Sama halnya, ketika orang bicara Stadion GOR H Agus Salim Padang, nama Azwar Anas selalu disebut-sebut masyarakat. Semoga jadi kenyataan. Sekarang walaupun Sumbar belum kesamapaian menjadi tuan rumah PON 2020. Namun, pekerjaan rumah tersebut harus direalisasikan. Alih alih di Sumbar hingga sekarang belum memiliki stadion bertaraf internasional, yang mendukung prestasi olah raga di Minangkabau kelak.
Maka Pemkab Padangpariaman sebagai pemerintah daerah yang berwenang mengenai lahannya segera menunntaskan lahannya, untuk kelancaran pembangunannya. Tentu SKPD terkait terutama PUPR bersinergi dengan SKPD lainnya menyelesaikan semua percepatan pembangunan stadion yang dicanangkan ini. Agar marapekan mungkar balik jo duduk sameja manjapuik nan taicia dan mangampauangan nan taserak. Tattilungkuik samo makan tanah, tatilantang samo minum ambun supayo stadion koo taujud. Maaf, talatuang ka naik, talenggo ka turun. (**)