PADANG, METRO – Kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayapura, Papua yang menelan 10 korban perantau asal Kabupaten Pesisir Selatan, Senin (23/9) lalu, membuat 500 perantau asal Minang yang ada di tanah Papua meminta untuk dipulangkan ke kampung halaman.
Pasalnya, akibat kerusuhan tersebut, para perantau Minang di sana merasa terancam, tidak lagi memiliki uang, pekerjaan, dan harta benda. Mereka berharap Pemerintah Provinsi Sumbar, memfasilitasi mereka untuk pulang. Para perantau tersebut berasal dari lima kabupaten/kota di Sumbar, seperti Kabupaten Pesisir Selatan, Bukitinggi, Kota Padang, Pariaman, dan Agam
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Ikatan Perantau Minang (IKM) Papua, Zulhendri Sikumbang mengatakan, saat ini informasi yang diterimanya melalui koordinasi dengan ketua DPD IKM Jayawijaya, Wamena, seluruh warga asal Sumbar yang berada di sana meminta pulang kampung. Insiden yang menelan 10 korban akibat rusuh di Wamena beberapa waktu lalu.
“Mereka merasa keberadaannya di sana tidak nyaman lagi. Pasalnya, rumah mereka tinggal dan beberapa toko dan bangunan yang mereka punya rusak parah. Dari koordinasi kita dengan DPD IKM Jayawijaya, Wamena, sekitar 500 perantau Minang yang ada disana minta pulang, karena mereka sudah tidak memiliki tempat tinggal dan uang. Mereka tidak bisa lagi bekerja,” ungkap Zulhendri, Kamis (26/9).
Selain itu, kata Zulhendri, para perantau yang ada di Wamena menyampaikan tidak bisa berlama-lama bertahan di tempat pengungsian. Sebab, cuaca disana sangat dingin, mereka merasa kasihan dengan anak-anak dan perempuan yang berada di pengungsian.
“Kalau untuk situasi disana mereka masih aman. Namun, mereka minta pulang karena mereka tidak memiliki uang dan tidak bisa bekerja lagi. Meski untuk biaya makan dan keamanan telah di tanggung oleh Pemerintah Wamena. Itu disampaikan oleh keluarga IKM langsung kepada Ketua DPD IKM Wamena,” kata Zulhendri.
Zulhendri menambahkan, terkait situasi itu, perantau berharap Pemerintah Provinsi Sumbar, memfasilitasi mereka untuk pulang. Kendati demikian, pihaknya dari IKM Papua dan Wamena sedang melakukan koordinasi bersama pemerintah daerah Wamena. Namun saat koordinasi Pemda setempat, menyarankan warga IKM untuk tetap tinggal disana.
“Bupati Wamena menyampaikan, ia berharap warga kita tetap tinggal. Dan mereka katanya bakal menjamin keamanan dan kebutuhan perantau kita selama disana. Itu disampaikan Bupati melalui surat perjanjian kepada IKM,” ujar Zulhendri.
Lebih lanjut, Zulhendri menjelaskan, saat ini IKM masih melakukan koordinasi dengan pihak Pemda dan Provinsi setempat, bagaimana langkah selanjutnya dalam hal itu.
“Kalau dengan pihak Pemprov Sumbar kita juga akan melakukan koordinasi setelah kita mendapatkan hasil bagaimana kelanjutan hasil koordinasi dengan Pemda Wamena dan Provinsi sana, jadi untuk sementara waktu kita tinggu dulu bagai mana proses selanjutnya,” ucap Zulhendri.
Sambung Zulhendri, jumlah seluruh perantau asal Sumbar yang berada di Papua ada sekitar 981 orang, untuk di Wamena sendiri ada sekitar 500 orang. Itu berasal dari lima Kabupaten/kota di Sumbar. Seperti Kabupaten Pesisir Selatan, Bukit Tinggi, Kota Padang, Pariaman, dan Agam. “Tetapi perantau yang paling banyak itu dari Pessel,” tutur Zulhendri.
Terkait situasi di Papua terkhusus untuk di Wamena terkini, kata Zulhendri, masih aman dan terkendali. Untuk keamanan perantau juga aman. Kepada pihak keluarga perantau yang ada di Minang, dia meminta untuk tidak cemas, sebab keluarga di sini dijaga oleh aparat ditempat pengungsian.
“Untuk kebutuhan makan juga ditanggung oleh Pemda dan Provinsi disini,” pungkasnya. (mil)











